JAKARTA, KOMPAS.com -Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memanggil tujuh ajudan Kadivpropam nonaktif Polri Irjen Ferdy Sambo pada Selasa (26/7/2022), terkait dugaan baku tembak di rumah dinas Sambo yang menewaskan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, salah satu ajudannya pula, pada 8 Juli.
Dalam pemeriksaan kemarin, hanya enam ajudan yang memenuhi panggilan Komnas HAM. Komisioner bidang pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM Choirul Anam mengaku akan mengupayakan pemanggilan ajudan yang belum hadir.
Lima ajudan Sambo datang lebih dulu pada Selasa pukul 09.50 WIB. Kelimanya mengenakan atasan berwarna putih. Rombongan tersebut langsung masuk ke kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhary, Jakarta.
Baca juga: Kasus Kematian Brigadir J, Komnas HAM: Bharada E Jelaskan soal Tembakan
Sementara itu, Bharada E, nama ajudan yang diduga terlibat baku tembak dengan Brigadir J, datang terpisah yaitu pada pukul 13.25 WIB.
Lima ajudan Sambo yang datang lebih dulu selesai diperiksa pukul 16.25, sedangkan Bharada E baru meninggalkan kantor Komnas HAM pada pukul 18.24.
Enam ajudan Sambo ini diperiksa Komnas HAM secara terpisah di ruangan yang berbeda.
Choirul Anam menyebutkan, hal ini demi menggali kekayaan informasi terkait kasus penembakan Brigadir J, dan memperoleh keterangan yang seasli-aslinya dari masing-masing orang.
Ia mengatakan, para ajudan diberikan pertanyaan yang sama, namun dikembangkan berdasarkan kekhususan masing-masing ajudan.
"Memang ada kekhususan masing-masing orang dalam struktur peristiwa yang menurut catatan kami punya kontribusi sendiri-sendiri," ujar Anam kepada wartawan, Selasa malam selepas pemeriksaan.
"Misalnya, Bharada E kontribusinya apa, dalam struktur peristiwa, kami tanya soal itu. Berbeda dengan ajudan lain yang memiliki kontribusi lain," jelasnya.
Baca juga: Bharada E Tinggalkan Komnas HAM Usai Diperiksa Selama 5 Jam
Para ajudan bahkan diminta untuk menggambarkan posisi-posisi saat peristiwa penembakan terjadi, denah rumah, dan menilai perilaku keseharian satu sama lain.
Pemeriksaan ini mengungkap situasi rukun di antara para ajudan dalam waktu yang dekat sebelum kematian Brigadir J.
Para ajudan yang diperiksa Komnas HAM disebut kompak menyatakan bahwa mereka masih bercanda-canda sebelum peristiwa dugaan baku tembak itu.
"Sebelum Jumat (hari kematian Brigadir J) kami tarik ke belakang, kami tanya semua apa yang terjadi, bagaimana peristiwanya, bahkan kondisinya kayak apa. Kondisinya kayak apa itu salah satu yang penting misalnya begini, kondisinya bercanda-canda tertawa atau tegang, itu kami tanya," ungkap Anam.
"Beberapa orang yang ikut dalam forum itu ngomong-nya memang tertawa. Itu yang kami tanya. Jadi kami lihat spektrum bagaimana kondisinya," lanjutnya.