Dalam pemeriksaan kemarin, hanya enam ajudan yang memenuhi panggilan Komnas HAM. Komisioner bidang pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM Choirul Anam mengaku akan mengupayakan pemanggilan ajudan yang belum hadir.
Bharada E datang dan pulang terpisah
Lima ajudan Sambo datang lebih dulu pada Selasa pukul 09.50 WIB. Kelimanya mengenakan atasan berwarna putih. Rombongan tersebut langsung masuk ke kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhary, Jakarta.
Sementara itu, Bharada E, nama ajudan yang diduga terlibat baku tembak dengan Brigadir J, datang terpisah yaitu pada pukul 13.25 WIB.
Lima ajudan Sambo yang datang lebih dulu selesai diperiksa pukul 16.25, sedangkan Bharada E baru meninggalkan kantor Komnas HAM pada pukul 18.24.
Enam ajudan Sambo ini diperiksa Komnas HAM secara terpisah di ruangan yang berbeda.
Choirul Anam menyebutkan, hal ini demi menggali kekayaan informasi terkait kasus penembakan Brigadir J, dan memperoleh keterangan yang seasli-aslinya dari masing-masing orang.
Ia mengatakan, para ajudan diberikan pertanyaan yang sama, namun dikembangkan berdasarkan kekhususan masing-masing ajudan.
"Memang ada kekhususan masing-masing orang dalam struktur peristiwa yang menurut catatan kami punya kontribusi sendiri-sendiri," ujar Anam kepada wartawan, Selasa malam selepas pemeriksaan.
"Misalnya, Bharada E kontribusinya apa, dalam struktur peristiwa, kami tanya soal itu. Berbeda dengan ajudan lain yang memiliki kontribusi lain," jelasnya.
Para ajudan bahkan diminta untuk menggambarkan posisi-posisi saat peristiwa penembakan terjadi, denah rumah, dan menilai perilaku keseharian satu sama lain.
"Tawa" para ajudan
Pemeriksaan ini mengungkap situasi rukun di antara para ajudan dalam waktu yang dekat sebelum kematian Brigadir J.
Para ajudan yang diperiksa Komnas HAM disebut kompak menyatakan bahwa mereka masih bercanda-canda sebelum peristiwa dugaan baku tembak itu.
"Sebelum Jumat (hari kematian Brigadir J) kami tarik ke belakang, kami tanya semua apa yang terjadi, bagaimana peristiwanya, bahkan kondisinya kayak apa. Kondisinya kayak apa itu salah satu yang penting misalnya begini, kondisinya bercanda-canda tertawa atau tegang, itu kami tanya," ungkap Anam.
"Beberapa orang yang ikut dalam forum itu ngomong-nya memang tertawa. Itu yang kami tanya. Jadi kami lihat spektrum bagaimana kondisinya," lanjutnya.
Anam mengatakan, temuan ini penting untuk melihat suatu temuan yang sudah didapatkan sendiri oleh Komnas HAM.
"Untuk melihat rentang waktu dan melihat konteks yang terjadi dalam rentang waktu itu, termasuk tadi yang saya bilang di awal soal tertawa, tertawa," jelas Anam.
"Soal tertawa kita tanya, ini kondisinya (ada) tekanan atau nggak dan sebagainya, (dijawab) bagaimana tekanan, orang tertawa-tawa kok. Itu banyak yang ngomong demikian," tambahnya.
Penjelasan Bharada E
Dalam pemeriksaan ini, Bharada E menjelaskan soal penembakan kepada Komnas HAM.
"Sepanjang yang tadi kami periksa, Bharada E menjelaskan banyak hal. Salah satunya adalah soal menembak," ujar Anam.
Akan tetapi, Anam enggan menjelaskan secara gamblang mengenai penembakan itu. Ia juga tak membeberkan kesimpulan apa pun kepada awak media soal penembakan tersebut.
"Pertanyaan kami bersifat terbuka, penjelasan yang kami harapkan bersifat deskriptif. Tadi, makanya tadi panjang sekali proses permintaan keterangannya, karena jawabannya deskriptif," ungkapnya.
"Jadi kalau minta kesimpulan dan sebagainya kami belum bisa menyimpulkan karena jawabannya kami meminta deskriptif," lanjut Anam.
Adapun pemeriksaan para ajudan ini adalah rangkaian yang dilakukan Komnas HAM untuk menguak kasus dugaan baku tembak di rumah Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, yang berakibat meninggalnya Brigadir J.
Namun, pihak keluarga menduga Brigadir J meninggal dunia dan sempat dianiaya. Keluarga mendapat dugaan ini karena menemukan sejumlah bekas luka seperti sayatan, luka lilitan di leher, hingga jari yang putus di jenazah Brigadir J.
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/27/05584741/ketika-ajudan-ferdy-sambo-diperiksa-komnas-ham-dan-kemunculan-bharada-e