Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blak-blakan Eks Menkes Terawan soal Tudingan Sepelekan Pandemi hingga Pemecatan dari IDI

Kompas.com - 09/07/2022, 15:30 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

Sebab, saat itu harga masker melambung tinggi hampir mencapai Rp 2 juta rupiah per boks. Selain itu, terjadi kelangkaan masker, bahkan di kalangan tenaga medis.

Terawan juga bilang, pernyataan itu bukan datang dari dirinya, melainkan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Baca juga: Jarang Tampil saat Jadi Menkes, Terawan: Kan Ada Juru Bicara

Ketika disinggung bahwa dirinya jarang angkat bicara di depan publik saat pandemi, kata Terawan, tugas itu sudah diemban oleh Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Terawan membantah dia menghindari sorotan publik, apalagi tak bertanggung jawab atas pengendalian pandemi. Kala itu, dia jarang muncul juga demi menghindari kegaduhan di masyarakat.

"Itu memang hal yang harus dilalui supaya tidak terjadi kegaduhan yang luar biasa. Kegaduhan itu akan mempengaruhi segala hal, baik kesehatan, baik ekonomi, baik macam-macam, dan itu tidak baik untuk rakyat," tuturnya.

Dicopot dari menteri

Terawan terus mendapat sorotan hingga akhirnya dicopot Presiden Joko Widodo dari kursi Menteri Kesehatan pada 22 Desember 2020. Posisinya digantikan Budi Gunadi Sadikin.

Kendati didepak dari kabinet, Terawan mengaku tak pernah merasa gagal menjadi menteri. Ia mengeklaim berhasil menjalankan visi misi yang dicanangkan presiden di bidang kesehatan.

"Enggak (pernah merasa gagal). Saya merasa bahwa visi misi presiden apa ya itu saya kerjakan. Kan saya paling konsekuen," katanya.

Saat itu, kata Terawan, salah satu yang diminta presiden adalah supaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi defisit, setidaknya sampai 2024.

Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta itu pun mengeklaim berhasil mencapai misi tersebut lantaran Januari 2021 BPJS profit hingga Rp 18,5 triliun.

Baca juga: Terawan Harap Kemenkes Segera Keluarkan Izin Edar Alkes untuk Vaksin Nusantara

Terawan juga mengaku, ketika dirinya menjabat menteri, harga obat berhasil diturunkan hingga 49 persen.

Selain itu, dia berhasil meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) alat-alat kesehatan dari yang semula kurang dari 10 persen, menjadi 35 psrsen.

Kemudian, terkait visi misi presiden menurunkan stunting, kata Terawan, dirinya telah membagi tugas dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengendalikan ini bersama Kementerian Kesehatan.

"Sehingga saya mampu selesaikan ibaratnya empat visi itu dengan baik," klaim dia.

Polemik Vaksin Nusantara

Usai tak menjabat menteri, Terawan mengembangkan vaksin Covid-19 yang ia gagas bernama vaksin Nusantara.

Dalam perjalanannya, vaksin tersebut dinyatakan tak lulus uji klinis oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, pengembangan vaksin tersebut terus berlanjut.

Terawan pun angkat bicara terkait ini. Kepada Rosiana Silalahi dia mengatakan, vaksin Nusantara sudah diuji klinis oleh dirinya sendiri.

Vaksin Nusantara kini sudah dicatat di clinicaltrials.gov, situs milik pemerintah Amerika Serikat yang memuat daftar vaksin yang sudah diuji.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com