Dalam diskursus etika, sikap welas asih menggambarkan tindakan moral menolong sesama yang rentan dan menderita.
Sikap welas asih umumnya didekatkan dengan simpati. Juga wujud dari sikap altruis manusia.
Filantropi berasal dari dua kata Yunani, yaitu philos yang artinya cinta dan anthropos yang berarti manusia.
Secara etimologi filantropi bermakna cinta pada sesama manusia dalam artian peduli pada kondisi manusia lainnya.
Aksi filantropi ini kemudian diwujudkan dengan perilaku dermawan dan kecintaan kepada sesama. Kecintaan kepada sesama ini menggambarkan bahwa manusia lain adalah teman.
Dalam perspektif filsafat Lucius Annaeus Seneca (4 SM - 65 SM) dinyatakan sebagai "homo homini socius", manusia adalah teman bagi sesamanya.
Bagi kita, istilah Seneca lebih tepat ketimbang yang pernah dipopulerkan Thomas Hobbes dalam karyanya berjudul De Cive, yakni homo homini lupus.
Maknanya manusia adalah serigala sesamanya. Pandemi menguatkan "homo homini socius". Bisa jadi menjelang Pilpres 2024 nanti baru lebih menonjol "homo homini lupus".
Homo homini socius melahirkan altruisme, yaitu sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain.
Altruisme berkebalikan dengan sifat egois yang lebih mementingkan diri sendiri. Kebaikan yang dilakukan seorang altruis biasanya muncul secara tulus tanpa ada rasa pamrih.
Altruisme ini senantiasa memikirkan dampaknya bagi orang lain ketika ia memilih suatu tindakan. Bahkan terkesan ekstrem, “Hidupku untuk orang banyak”.
Meminjam ukuran Pearl M Oliner (1988), altruis itu acap bertindak hanya menolong orang lain, tindakan itu tanpa mengharap pamrih, imbalan, atau bentuk penghargaan lain, dan tindakan itu dijalani dengan sukarela.
Persoalan di tengah gairah filontropi adalah kepercayaan masyarakat terhadap lembaga filontropi itu sendiri. Apalagi adanya kasus ACT. Padahal lembaga filantropi di Tanah Air bertumbuhan.
Hal ini terjadi karena masih ada lembaga yang nakal. Alih-alih membantu filantropis menyalurkan sumbangannya, kenyataan ada sisi lain yang dimanfaatkan pengelola.
Entah itu menyangkut kesempatan "cari muka" bahkan penyalahgunaan aspirasi. Tak sedikit pula yang berani korupsi. Di negeri ini, jangan kaget, yang namanya bantuan sosial saja berani dikorup!