"Tapi memang benar karena kadang sifat kami berdua yang sama-sama Alpha akhirnya juga sering terjadi percikan-percikan. Gaya kepemimpinan dan kepribadian kami sama-sama keras,” jelasnya.
Baca juga: Prabowo: Tugas Tentara Siap Perang, Tidak Bisa Buang Waktu!
Tetapi, Prabowo mengaku belajar banyak dari sosok Luhut. Menurutnya, Luhut adalah orang yang tegas dan berkemauan keras.
"Beliau juga punya fisik yang baik. Beliau memimpin dari depan. Beliau sering lari, dan lari beliau selalu di depan,” katanya.
Setelah kebersamaan yang cukup melekat, keduanya kemudian berpisah. Luhut melanjutkan Sekolah Staf dan Komando ABRI, sementara Prabowo menjalani Kursus Lanjutan Perwira.
"Kami berpisah dan jarang lagi bertugas bersama, tetapi kami saling menghormati walaupun kadang-kadang perbedaan pandangan tapi di ujungnya kita selalu bersatu untuk kepentingan Merah Putih,” cerita Prabowo.
Baca juga: Kejar Teknologi Tinggi, Prabowo Tekankan Pentingnya Kesiapan Pertahanan Teritorial
Dalam sejarahnya, pasukan elite penanggulangan teror Korps Baret Merah itu telah banyak menorehkan tinta emas, baik operasi militer maupun operasi kemanusiaan
Mulai dari Operasi Woyla dan Operasi Mapenduma yang membebaskan sandera 9 peneliti asing yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz di Papua pada 1996.
Kemudian, operasi pembebasan KMV Sinar Kudus dari perompak di Somalia pada 2011, operasi pembebasan 347 sandera di Tembagapura, Papua pada 2017, dan operasi kemanusiaan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.