Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2022, 11:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN ini, kita dihebohkan dengan wacana soal rencana kenaikan tarif wisata sejarah Borobudur berikut narasi kontra dari berbagai kalangan.

Isu yang sudah sempat mereda malah kembali menghangat ketika Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo, pakar telematika dan politisi Partai Demokrat membagikan dan mengomentari foto hasil rekayasa yang menggantikan wajah patung Budha di Borobudur dengan wajah Presiden Joko Widodo.

Terlepas dari isu politik, kehebohan tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak warga bangsa ini memiliki rasa kepedulian dan kecintaan atas warisan sejarah budaya masa lalu.

Sejatinya, Indonesia adalah bangsa yang sangat kaya dengan warisan sejarah dan budaya.

Apabila warisan tersebut ‘digali’ secara mendalam, dikenal pesan dan maknanya, dan ditata secara baik, maka akan menjadi obyek wisata yang mampu memikat wisatawan dalam negeri dan mancanegara sehingga memacu pertumbuhan industri pariwisata nasional.

Warisan Wangsa Sailendra

Di antara begitu banyak warisan sejarah, bangsa kita memiliki situs-situs dan artifak yang berasal dari Wangsa Sailendra yang memimpin Kerajaan Budha Sriwijaya (650–1377) dan Majapahit (1293–1527) (Bdk.Maximilian Nilsson, October 25, 2019).

Sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, Pulau Sumatera; dan di Mda? (Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno), Jawa Tengah sejak tahun 752.

Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal usul wangsa masih diperdebatkan.

Selain berasal dari Jawa dan Sumatera, para ahli sejarah kuno menduga dinasti ini datang dari Kamboja atau pun India.

Di Indonesia nama ?ailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi.

Kemudian nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (?ailendrawa??atilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatu?gadewasya?ailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwu?an dari tahun 824 Masehi (?ailendrawa??atilaka).

Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. (Bdk. Munoz, Paul Michel (2006)).

Dari kerajaan-kerajaan Budha masa lalu itu, kita mendapat warisan yang bernilai tinggi, yaitu berupa candi, arca, prasasti, dan karya sastra.

Candi Kalasan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.Dok. Shutterstock/saiko3p Candi Kalasan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Beberapa candi terkenal seperti Candi Kalasan terletak di Desa Kalibening, Tirtamani, Kabupaten Sleman; Candi Borobudur didirikan pada Wangsa Syailendra, tepatnya oleh Raja Samaratungga; Candi Mendut terletak di Magelang, Jawa Timur; Candi Muara Takus yang berlokasi di Riau merupakan candi tertua di Sumatera.

Selain itu, ada prasasti atau tulisan ada bahan keras, seperti batu atau logam. Salah satu contohnya adalah Prasasti Kudadu yang menceritakan tentang pengalaman Raden Wijaya yang ditolong oleh Rama Kudadu dari Kerajaan Jayakatwang.

Kita juga memiliki Prasasti Tukmas peninggalan Kerajaan Kalingga. Prasasti ini berada di lereng barat Gunung Merapi, Magelang, Jawa Tengah.

Kemudian ada Prasati Canggal yang ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal. Prasasti ini adalah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno.

Peninggalan bersejarah ini menceritakan tentang Lingga atau lambang Syiwa di desa Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Tanggal 11 Desember 2023 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Desember 2023 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Jelang Debat, Ganjar-Mahfud Batasi Kampanye Keliling Daerah

Jelang Debat, Ganjar-Mahfud Batasi Kampanye Keliling Daerah

Nasional
Andika Perkasa Jadi 'Coach' Ganjar-Mahfud Hadapi Debat Tema Pertahanan

Andika Perkasa Jadi "Coach" Ganjar-Mahfud Hadapi Debat Tema Pertahanan

Nasional
Prabowo: Yang Nyinyir Program Makan Siang Gratis Sedikit, Orangnya Itu-itu Saja

Prabowo: Yang Nyinyir Program Makan Siang Gratis Sedikit, Orangnya Itu-itu Saja

Nasional
Dijatuhi Sanksi DKPP karena Lantik Kader Nasdem, Bawaslu: Teguran untuk Kami

Dijatuhi Sanksi DKPP karena Lantik Kader Nasdem, Bawaslu: Teguran untuk Kami

Nasional
TPN Sebut Ganjar-Mahfud Bakal Dapat 'Briefing' Jelang Debat Capres-Cawapres

TPN Sebut Ganjar-Mahfud Bakal Dapat "Briefing" Jelang Debat Capres-Cawapres

Nasional
Bicara Etika, Andika Perkasa: Ganjar-Mahfud Bukan Orang yang Mengejar Kemenangan Saja, tapi Lebih Penting...

Bicara Etika, Andika Perkasa: Ganjar-Mahfud Bukan Orang yang Mengejar Kemenangan Saja, tapi Lebih Penting...

Nasional
Jadi Tersangka Korupsi, Eks Pejabat Bea Cukai Mengaku Ditarget karena Ungkap Kasus Importasi Emas

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Pejabat Bea Cukai Mengaku Ditarget karena Ungkap Kasus Importasi Emas

Nasional
Seluruh Komisioner Bawaslu Disanksi Peringatan Keras karena Lantik Kader Nasdem

Seluruh Komisioner Bawaslu Disanksi Peringatan Keras karena Lantik Kader Nasdem

Nasional
Muhammadiyah Sepakat Gagasan Lokalisir Pengungsi Rohingya

Muhammadiyah Sepakat Gagasan Lokalisir Pengungsi Rohingya

Nasional
TKN Prabowo-Gibran: Sesama Sopir Bus Kota Tak Boleh Saling Komentar

TKN Prabowo-Gibran: Sesama Sopir Bus Kota Tak Boleh Saling Komentar

Nasional
Debat Capres-Cawapres soal Isu HAM Diharap Tak Sekadar Formalitas

Debat Capres-Cawapres soal Isu HAM Diharap Tak Sekadar Formalitas

Nasional
KontraS Usul 9 Topik HAM Dibahas dalam Debat Perdana Capres-Cawapres

KontraS Usul 9 Topik HAM Dibahas dalam Debat Perdana Capres-Cawapres

Nasional
TNI AU Butuh Waktu Selidiki Penyebab 2 Super Tucano Jatuh

TNI AU Butuh Waktu Selidiki Penyebab 2 Super Tucano Jatuh

Nasional
TNI AU Bakal Awasi Ketat Operasional Super Tucano Usai Kecelakaan

TNI AU Bakal Awasi Ketat Operasional Super Tucano Usai Kecelakaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com