Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Menata Warisan Sejarah demi Kemajuan Pariwisata Nasional

Kompas.com - 24/06/2022, 11:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada pula arca Budha tertua yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi. Arca tersebut terbuat dari perunggu dan diperkirakan adalah buatan sekolah seni Amarawati, India.

Sementara itu dalam bidang karya sastra, kita memiliki peninggalan bercorak Budha berupa Kitab Nagarakretagama oleh Mpu Prapanca yang ditulis pada 1365.

Lalu, Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular antara tahun 1365 dan 1389 pada masa kejayaan Majapahit di bawah Hayam Wuruk. Juga ada kitab-kita lain seperti Pararaton, Ranggalawe, dan Arjuna Wiwaha.

Selain itu, bangsa kita juga mendapat warisan sejarah dan budaya Islam berupa tradisi dakwah agama, pendidikan (pesantren), khazanah berbahasa dan seni sastra, seni musik, seni pertunjukan, seni rupa, kaligrafi, arsitektur, hingga kuliner. (Bdk. Zakiya Darajat,Warisan islan Nusantara, 2021).

Sementara dari kerajaan Kristen Katolik di Sikka dan Larantuka, Flores dari abad 16, kita mendapatkan warisan seperti tradisi devosi atau penghormatan kepada Tuan Ma. (Bdk. Sareng Orinbao (1969)).

Tradisi agama tersebut dilestarikan hingga saat ini dalam bentuk prosesi Semana Santa pada masa Paskah setiap tahun yang memikat puluhan ribu peziarah dari dalam dan luar negeri.

Wisata warisan sejarah berkembang pesat

Wisata warisan sejarah (historical or heritage tourism) berarti perjalanan dengan tujuan utama menjelajahi sejarah dan warisan suatu tempat seperti bangunan dengan arsitektur bersejarah terkenal, mengunjungi museum lokal yang mendokumentasikan masa lalu melalui artefak, seni, dan peninggalan sastra, atau bahkan sesuatu yang aneh seperti mencicipi resep sejarah otentik di tempat asalnya.

Semakin tua suatu negara, semakin banyak pesona yang dimiliki oleh sejarah panjangnya. Dan ini berlaku untuk pengunjung dan penduduk lokal.

Negara-negara seperti Mesir, India, Rusia, Irak, dan beberapa ibu kota Eropa seperti Paris dan Roma adalah pilihan utama dalam hal wisata warisan.

Jangan dikira bahwa pariwisata yang paling menjanjikan adalah wisata alam yang kini sedang populer.

Sebab faktanya pariwisata warisan sejarah adalah sektor yang bertumbuh paling cepat dan menghasilkan profit uang dan benefit sosial paling tinggi.

MyTravelRearch.com mencatat bahwa secara statistik pariwisata budaya dan warisan terus berkembang pesat, terutama di kawasan OECD dan APEC.

Lembaga itu memperkirakan nilai global langsung pariwisata budaya dan warisan lebih dari 1 miliar dollar AS, dengan nilai kawasan Asia Pasifik sekitar 327 juta dollar AS.

Wisata sejarah dan budaya bertanggung jawab langsung untuk lebih dari 50 juta pekerjaan di negara-negara APEC, dan menyumbang 75 juta pekerjaan lebih lanjut di seluruh dunia.

Hasil satu penelitian menunjukkan bahwa wisatawan budaya dan warisan menghabiskan 38 persen lebih tinggi per hari dan mereka tinggal 22 persen lebih lama secara keseluruhan dibandingkan dengan jenis wisatawan lainnya.(Bdk.Carolyn Childs, 2021).

Manfaat pariwisata sejarah dan budaya

Sejumlah studi menunjukkan bahwa potensi sejarah dan budaya suatu negara merupakan salah satu faktor utama bagi kemajuan pariwisata. (Bdk. Gulnara Ismagilova dkk, Kazan Federal, Rusia, 2015).

Alasanya, pertama, wisata jenis ini menekankan pentingnya keterlibatan wisatawan karena pengenalan terhadap warisan sejarah dan budaya merupakan pendorong motif wisata yang paling kuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com