Salin Artikel

Menata Warisan Sejarah demi Kemajuan Pariwisata Nasional

Isu yang sudah sempat mereda malah kembali menghangat ketika Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo, pakar telematika dan politisi Partai Demokrat membagikan dan mengomentari foto hasil rekayasa yang menggantikan wajah patung Budha di Borobudur dengan wajah Presiden Joko Widodo.

Terlepas dari isu politik, kehebohan tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak warga bangsa ini memiliki rasa kepedulian dan kecintaan atas warisan sejarah budaya masa lalu.

Sejatinya, Indonesia adalah bangsa yang sangat kaya dengan warisan sejarah dan budaya.

Apabila warisan tersebut ‘digali’ secara mendalam, dikenal pesan dan maknanya, dan ditata secara baik, maka akan menjadi obyek wisata yang mampu memikat wisatawan dalam negeri dan mancanegara sehingga memacu pertumbuhan industri pariwisata nasional.

Warisan Wangsa Sailendra

Di antara begitu banyak warisan sejarah, bangsa kita memiliki situs-situs dan artifak yang berasal dari Wangsa Sailendra yang memimpin Kerajaan Budha Sriwijaya (650–1377) dan Majapahit (1293–1527) (Bdk.Maximilian Nilsson, October 25, 2019).

Sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, Pulau Sumatera; dan di Mda? (Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno), Jawa Tengah sejak tahun 752.

Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal usul wangsa masih diperdebatkan.

Selain berasal dari Jawa dan Sumatera, para ahli sejarah kuno menduga dinasti ini datang dari Kamboja atau pun India.

Di Indonesia nama ?ailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi.

Kemudian nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (?ailendrawa??atilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatu?gadewasya?ailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwu?an dari tahun 824 Masehi (?ailendrawa??atilaka).

Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. (Bdk. Munoz, Paul Michel (2006)).

Dari kerajaan-kerajaan Budha masa lalu itu, kita mendapat warisan yang bernilai tinggi, yaitu berupa candi, arca, prasasti, dan karya sastra.

Selain itu, ada prasasti atau tulisan ada bahan keras, seperti batu atau logam. Salah satu contohnya adalah Prasasti Kudadu yang menceritakan tentang pengalaman Raden Wijaya yang ditolong oleh Rama Kudadu dari Kerajaan Jayakatwang.

Kita juga memiliki Prasasti Tukmas peninggalan Kerajaan Kalingga. Prasasti ini berada di lereng barat Gunung Merapi, Magelang, Jawa Tengah.

Kemudian ada Prasati Canggal yang ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal. Prasasti ini adalah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno.

Peninggalan bersejarah ini menceritakan tentang Lingga atau lambang Syiwa di desa Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya.

Ada pula arca Budha tertua yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi. Arca tersebut terbuat dari perunggu dan diperkirakan adalah buatan sekolah seni Amarawati, India.

Sementara itu dalam bidang karya sastra, kita memiliki peninggalan bercorak Budha berupa Kitab Nagarakretagama oleh Mpu Prapanca yang ditulis pada 1365.

Lalu, Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular antara tahun 1365 dan 1389 pada masa kejayaan Majapahit di bawah Hayam Wuruk. Juga ada kitab-kita lain seperti Pararaton, Ranggalawe, dan Arjuna Wiwaha.

Selain itu, bangsa kita juga mendapat warisan sejarah dan budaya Islam berupa tradisi dakwah agama, pendidikan (pesantren), khazanah berbahasa dan seni sastra, seni musik, seni pertunjukan, seni rupa, kaligrafi, arsitektur, hingga kuliner. (Bdk. Zakiya Darajat,Warisan islan Nusantara, 2021).

Sementara dari kerajaan Kristen Katolik di Sikka dan Larantuka, Flores dari abad 16, kita mendapatkan warisan seperti tradisi devosi atau penghormatan kepada Tuan Ma. (Bdk. Sareng Orinbao (1969)).

Tradisi agama tersebut dilestarikan hingga saat ini dalam bentuk prosesi Semana Santa pada masa Paskah setiap tahun yang memikat puluhan ribu peziarah dari dalam dan luar negeri.

Wisata warisan sejarah berkembang pesat

Semakin tua suatu negara, semakin banyak pesona yang dimiliki oleh sejarah panjangnya. Dan ini berlaku untuk pengunjung dan penduduk lokal.

Negara-negara seperti Mesir, India, Rusia, Irak, dan beberapa ibu kota Eropa seperti Paris dan Roma adalah pilihan utama dalam hal wisata warisan.

Jangan dikira bahwa pariwisata yang paling menjanjikan adalah wisata alam yang kini sedang populer.

Sebab faktanya pariwisata warisan sejarah adalah sektor yang bertumbuh paling cepat dan menghasilkan profit uang dan benefit sosial paling tinggi.

MyTravelRearch.com mencatat bahwa secara statistik pariwisata budaya dan warisan terus berkembang pesat, terutama di kawasan OECD dan APEC.

Lembaga itu memperkirakan nilai global langsung pariwisata budaya dan warisan lebih dari 1 miliar dollar AS, dengan nilai kawasan Asia Pasifik sekitar 327 juta dollar AS.

Wisata sejarah dan budaya bertanggung jawab langsung untuk lebih dari 50 juta pekerjaan di negara-negara APEC, dan menyumbang 75 juta pekerjaan lebih lanjut di seluruh dunia.

Hasil satu penelitian menunjukkan bahwa wisatawan budaya dan warisan menghabiskan 38 persen lebih tinggi per hari dan mereka tinggal 22 persen lebih lama secara keseluruhan dibandingkan dengan jenis wisatawan lainnya.(Bdk.Carolyn Childs, 2021).

Manfaat pariwisata sejarah dan budaya

Sejumlah studi menunjukkan bahwa potensi sejarah dan budaya suatu negara merupakan salah satu faktor utama bagi kemajuan pariwisata. (Bdk. Gulnara Ismagilova dkk, Kazan Federal, Rusia, 2015).

Alasanya, pertama, wisata jenis ini menekankan pentingnya keterlibatan wisatawan karena pengenalan terhadap warisan sejarah dan budaya merupakan pendorong motif wisata yang paling kuat.

Melalui wisata jenis ini, para wisatawan mendapat pengalaman spiritual unik dan berpeluang memiliki wawasan pengetahutan yang lebih luas.

Kedua, benda-benda cagar budaya dan sejarah merupakan aset penting yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomis.

Hal ini terjadi karena kunjungan wisatawan sejarah ke situs asli atau ke museum dapat menciptakan lapangan kerja, bisnis, acara, dan atraksi baru, sehingga membantu mendiversifikasi ekonomi lokal.

Pariwsata sejarah juga mendukung kemajuan usaha kecil yang bergerak di bidang akomodasi, transportasi, kuliner dan cinderamata.

Ketiga, pariwata warisan sejarah membantu membangun modal sosial dan mempromosikan pelestarian tradisi, adat istiadat, dan budaya lokal.

Apalagi UNESCO sekarang mengakui warisan budaya takbenda sama pentingnya dengan bangunan.

Pasar untuk pengalaman wisata budaya dan warisan serta proyek tradisional memberikan dukungan ekonomi untuk menjaga keterampilan dan tradisi ini tetap hidup.

Selain itu, wisata jenis ini dapat mempromosikan perilaku positif; membantu meningkatkan citra dan kebanggaan masyarakat dengan warisan yang unik dan memberikan kesempatan untuk berbagi dengan wisatawan.

Dengan kata lain, wisata warisan sejarah dan budaya menciptakan ‘branding’ dan citra daerah, yang dapat memudahkan upaya promosi dan pemasaran di bidang pariwsata.

‘Pekerajaan Rumah’ Indonesia

Bertolak dari uraian di atas, penulis dapat mengatakan bahwa upaya penataan wisata warisan sejarah adalah hal yang sangat mendesak.

Ini adalah sebuah ‘Pekerjaan Rumah (PR)’ bangsa kita yang perlu segera dikerjakan, karena bangsa kita memiliki warisan sejarah yang berargam dan sangat besar jumlahnya.

Hal itu merupakan sumber pendapatan negara, pengentasan kemiskinan dan peluang kerja yang menjanjikan.

Berkenaan dengan ini, tentu saja, kita berharap bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dapat mengambil insiatif sebagai penggerak utama, fasilitator dan pendamping.

Kemudian, sebagai warga bangsa, semua kita mesti berpartisipasi di dalam gerakan tersebut. Kita semua dapat berperan dengan ikut mengidentifikasi dan mendata warisan sejarah yang belum diketahui luas.

Lebih daripada itu, kita perlu ikut serta memelihara dan melestarikan serta menata segala peninggalan sejarah yang sudah dikenal, sehingga semakin diminati oleh para wisatawan.

Jadi, tak perlu lagi kita menghabiskan banyak energi dan waktu untuk berdebat kusir perihal hal remeh yang berkaitan situs-situs sejarah seperti yang terjadi dengan kasus Borobudur. Apalagi mengait-ngaitkan isu tersebut dengan kepentingan politik tertentu.

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/24/11134291/menata-warisan-sejarah-demi-kemajuan-pariwisata-nasional

Terkini Lainnya

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke