Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Menata Warisan Sejarah demi Kemajuan Pariwisata Nasional

Kompas.com - 24/06/2022, 11:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Melalui wisata jenis ini, para wisatawan mendapat pengalaman spiritual unik dan berpeluang memiliki wawasan pengetahutan yang lebih luas.

Kedua, benda-benda cagar budaya dan sejarah merupakan aset penting yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomis.

Hal ini terjadi karena kunjungan wisatawan sejarah ke situs asli atau ke museum dapat menciptakan lapangan kerja, bisnis, acara, dan atraksi baru, sehingga membantu mendiversifikasi ekonomi lokal.

Pariwsata sejarah juga mendukung kemajuan usaha kecil yang bergerak di bidang akomodasi, transportasi, kuliner dan cinderamata.

Ketiga, pariwata warisan sejarah membantu membangun modal sosial dan mempromosikan pelestarian tradisi, adat istiadat, dan budaya lokal.

Apalagi UNESCO sekarang mengakui warisan budaya takbenda sama pentingnya dengan bangunan.

Pasar untuk pengalaman wisata budaya dan warisan serta proyek tradisional memberikan dukungan ekonomi untuk menjaga keterampilan dan tradisi ini tetap hidup.

Selain itu, wisata jenis ini dapat mempromosikan perilaku positif; membantu meningkatkan citra dan kebanggaan masyarakat dengan warisan yang unik dan memberikan kesempatan untuk berbagi dengan wisatawan.

Dengan kata lain, wisata warisan sejarah dan budaya menciptakan ‘branding’ dan citra daerah, yang dapat memudahkan upaya promosi dan pemasaran di bidang pariwsata.

‘Pekerajaan Rumah’ Indonesia

Bertolak dari uraian di atas, penulis dapat mengatakan bahwa upaya penataan wisata warisan sejarah adalah hal yang sangat mendesak.

Ini adalah sebuah ‘Pekerjaan Rumah (PR)’ bangsa kita yang perlu segera dikerjakan, karena bangsa kita memiliki warisan sejarah yang berargam dan sangat besar jumlahnya.

Hal itu merupakan sumber pendapatan negara, pengentasan kemiskinan dan peluang kerja yang menjanjikan.

Berkenaan dengan ini, tentu saja, kita berharap bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dapat mengambil insiatif sebagai penggerak utama, fasilitator dan pendamping.

Kemudian, sebagai warga bangsa, semua kita mesti berpartisipasi di dalam gerakan tersebut. Kita semua dapat berperan dengan ikut mengidentifikasi dan mendata warisan sejarah yang belum diketahui luas.

Lebih daripada itu, kita perlu ikut serta memelihara dan melestarikan serta menata segala peninggalan sejarah yang sudah dikenal, sehingga semakin diminati oleh para wisatawan.

Jadi, tak perlu lagi kita menghabiskan banyak energi dan waktu untuk berdebat kusir perihal hal remeh yang berkaitan situs-situs sejarah seperti yang terjadi dengan kasus Borobudur. Apalagi mengait-ngaitkan isu tersebut dengan kepentingan politik tertentu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com