Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Jadikan Tukang Bakso Gurauan, Jargon "Partainya Wong Cilik" Bisa Dianggap Hanya Gimik

Kompas.com - 23/06/2022, 16:36 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai, pernyataan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang bergurau soal tukang bakso dapat berimbas pada merosotnya elektabilitas PDI-P.

Sebab, jargon "partainya wong cilik" yang selama diusung oleh PDI-P dapat dipandang sebagai gimik semata karena pernyataan Megawati yang dianggap merendahkan wong cilik.

"Jika kekeliruan ini terus berlanjut dan bertubi-tubi, tidak menutup kemungkinan akan menghadirkan koreksi elektabilitas bagi PDI-P," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

"Karena jargonnya sebagai partainya wong cilik seolah hanya sebatas gimik semata yang tidak dibuktikan oleh keberpihakannya terhadap rakyat kecil," ujar Umam.

Baca juga: Megawati Jadikan Tukang Bakso Lelucon, Pengamat: Tak Pas Disampaikan Ketum Partai Besar

Ia berpandangan, gurauan Megawati pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI-P itu tidak tepat disampaikan oleh seorang ketua umum partai politik besar.

Menurut dia, pernyataan itu menunjukkan Megawati tidak memiliki sensitivitas sosial terhadap nasib wong cilik.

"Guyonan itu seolah meletakkan 'tukang bakso' sebagai kelompok sosial rendahan tak layak hidup dalam lingkup keluarganya, hingga layak ditertawakan dalam candaan para elite politik dalam forum internal partainya tersebut," kata dia.

Umam mengatakan, tidak adanya sensitivitas terhadap wong cilik juga sudah ditunjukkan saat Megawati mengomentari ibu-ibu yang mengantre minyak goreng di tengah kelangkaan dan melambungnya harga bebeberapa waktu lalu.

"Artinya, rangkaian statemen itu seolah menegaskan bahwa ini bukan keseleo lidah (slip of tounge), tetapi ucapan yang memang keluar dari kesadaran yang dibangun di atas terbatasnya tenggang rasa terhadap kehidupan sehari-hari rakyat kecil," ujar Umam.

Baca juga: Sekjen PDI-P: Megawati Sering Menampilkan Element of Surprise

Direktur ekesekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) ini pun menyarankan agar Megawati lebih berhati-hati dalam menyampaikan materi guyonan.

Ia mengingatkan, sesuatu yang tiidak diniatkan untuk mengolok-olok pihak tertentu dapat ditafsikan beragam oleh mereka yang mendengarkan atau tersentil oleh guyonan tersebut.

Sebelumnya, saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI-P pada Selasa (21/6/2022) lalu, Megawati bercerita soal gurauan yang ia sampaikan ke ketiga anaknya saat akan mencari jodoh.

Menurut Megawati, dirinya memberikan pedoman agar calon mantunya tidak seperti tukang bakso.

"Jadi ketika saya mau punya mantu, saya sudah bilang ke anak-anak yang tiga ini. Awas lho kalau nyarinya kayak tukang bakso," ujar Megawati

"Jadi maaf, tapi bukannya saya apa. Maksud saya, manusia Indonesia ini kan Bhinneka Tunggal Ika. Ya maka harus berpadu. Bukan hanya tubuh dan perasaan, tetapi juga dari rekayasa genetika. Kita cari-cari begitu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com