Kondisi ini membuat sejumlah negara menaikkan harga BBM.
Baca juga: Negara Tekor, Subsidi BBM dan Elpiji Banyak Bocor ke Orang Kaya
Jokowi menilai kenaikan harga BBM menjadi isu yang sensitif di Indonesia.
Lantaran, ketika terjadi kenaikan harga BBM, meski tidak lebih besar dibandingkan negara lainnya, pasti memicu gelombang demonstrasi.
"Kalau kita lihat, (harga minyak dunia) dari yang dulu itu sekitar 50-60 dollar AS per barrel, sekarang sudah 118 dollar AS per barrel. Naik dua kali lipat," ujarnya saat memberikan pengarahan pada acara Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia, 25 Maret 2022.
"Sehingga, negara-negara yang tidak mensubsidi BBM-nya naik 2 kali lipat, bayangkan. Kita (di Indonesia) naik kadang-kadang 10 persen saja demonya 3 bulan. Ini naik 2 kali lipat artinya naik 100 persen," lanjut Jokowi.
Kemudian pada April, Presiden Joko Widodo menyatakan, pemerintah terus berupaya keras agar harga BBM jenis Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter yang berlaku saat ini.
Jokowi mengatakan, harga BBM Pertalite akan terus dipertahankan karena penggunanya berbeda dengan BBM jenis Pertamax yang menurutnya merupakan pemilik mobil-mobil mewah.
"Yang Pertamax naik, naiknya juga saya kira naiknya enggak banyak, tapi itu yang punya mobil-mobil mewah yang pakai mereka. Tapi yang pertalite ini kita tahan, tahan betul agar tidak naik dan harganya tetap di angka Rp 7.650," kata Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional V Projo, dikutip dari akun YouTube Palti West, 21 Mei 2022.
Baca juga: Pemerintah Usul Perubahan ICP, Subsidi BBM dkk Bertambah Rp 74,9 Triliun
Jokowi mengakui, tidak mudah bagi pemerintah untuk menahan harga Pertalite agar tidak naik hingga harus mengeluarkan dana subsidi yang jumlahnya sangat besar.
Padahal, jika dibandingkan negara-negara lain, Jokowi menilai harga bensin di Indonesia masih sangat murah.
Ia menyebutkan, harga bensin di Jerman sudah sekitar Rp 31.000 per liter, di Singapura sebesar Rp 32.000 per liter, Rp 20.800 per liter di Thailand, dan sekitar Rp 18.000 per liter di Amerika Serikat.
"Supaya tahu, untuk mempertahankan harga Pertalite, harga LPG, listrik yang di bawah 3.000 (VA), pemerintah keluar gede sekali, sangat besar sekali, Rp 502 triliun, ini yang masyarakat harus tahu," kata Jokowi.
"Sekali lagi ini yang harus kita syukuri, kita masih tahan dengan harga pertalite masih Rp 7.650," ujar dia.
Selang beberapa hari setelah pernyataannya itu, Jokowi kembali mengatakan, pemerintah hingga kini masih berupaya keras menahan supaya harga BBM jenis Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter.
Menurut dia, harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.