PERTAMA saya mendengar, saya tak percaya. Meski sampai saat ini pun saya menyikapinya dengan skeptis.
Tapi satu hal, penemuan anak bangsa, tak boleh dilirik sebelah mata. Oleh karenanya saya tetap datang untuk melihat dan mengujinya. Apa jawabannya?
Dikelilingi gang kecil dan cukup padat, Ariyanto Misel, berusia 67 tahun tak pernah berhenti bekerja di rumahnya yang dijadikan Lab pribadi.
Tiga motor sudah jadi korban, waktu untuk menemukannya 5 tahun.
"Ini 5 tahun saya baru bisa temukan, coba-coba, sudah tiga motor (terbakar) jadi korban," ucap Ariyanto sambil tertawa kepada saya, eksklusif di Program AIMAN, yang tayang setiap Senin pukul 20.30 WIB di Kompas TV.
Saya mencoba melihat cara kerja "air jadi bensin" ini. Alatnya begitu sederhana. Hanya terdiri dari satu kotak yang didingikan oleh kipas angin arus searah.
Air murni yang bisa dimasukkan. Saya tanya, apakah bisa pakai biasa?
"Bisa, tapi lama kelamaan akan menempel logam yang membuat alatnya cepat korosi dan rusak," jelas Ariyanto.
Jadi air murni yang bisa dijadikan alat ini dengan optimal. Caranya dengan memurnikan terlebih dahulu, di antaranya lewat model Reverse Osmosis (RO).
Lalu air yang terdiri dari unsur Hidrogen dan Oksigen (H20) yang dimasukkan ke dalam tabung ini, dielektrolisi (dipisahkan), menjadi gas hidrogen dan oksigen.
Gas Hidrogen langsung dipasok ke titik sebelum karburator, sementara oksigen diolah kembali untuk menghasilkan Gas Hidrogen dengan bantuan anoda dan katoda yang dihubungkan dengan baterai (aki) motor. Dan begitu seterusnya.
Ariyanto mengklaim, motornya diisi satu liter, bisa menempuh jarak dari Cirebon - Semarang bolak balik yang total hampir 500 kilometer, dan masih sisa ditabung. Luar biasa!
Saya mencoba motor yang menggunakan model bahan bakar ini. Kebetulan puluhan motor operasional dinas di lingkungan Kodam III Siliwangi, juga tengah mencoba menggunakan temuan anak bangsa ini.
Saya menggunakan motor milik personel Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil Lemahabang, Cirebon.