Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Nasdem Akan Buat Friksi dengan Istana jika Gandeng Demokrat

Kompas.com - 08/06/2022, 15:51 WIB
Tatang Guritno,
Bagus Santosa

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi menilai, Partai Nasdem tak akan memilih Partai Demokrat untuk membangun koalisi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Dia berpandangan, sikap itu dipilih agar tak memicu konflik antara Nasdem dengan Istana.

“Nasdem pasti akan memiliki kalkulasi politik jika menggandeng Demokrat, captive market-nya mengecil, dan akan menimbulkan friksi dengan Jokowi (Presiden Joko Widodo),” sebut Ari pada Kompas.com, Rabu (8/6/2022).

Baca juga: Nasdem dan Demokrat Dinilai Sulit Berkoalisi

Ia menjelaskan, sebagai partai politik (parpol) yang telah mendukung Joko Widodo sejak Pilgub DKI 2013 hingga saat ini, Partai Nasdem punya ikatan emosional dengan Istana.

Sehingga, telah muncul rasa saling menghargai dan kepercayaan antara Jokowi dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

“Jika dikomparasikan, tentu Surya Paloh merasa nyaman dengan Istana ketimbang berkongsi dengan Demokrat (yang berada di luar pemerintah),” katanya.

Lebih jauh, Ari menduga, Partai Nasdem justru akan membentuk koalisi dengan mengerucutkan tiga nama untuk menjadi kandidat calon presiden (capres) yang diusungnya.

“Menjadi trisula Nasdem yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Erick Thohir,” kata dia.

Jika skenario ini yang dipilih, lanjut Ari, maka Partai Nasdem bakal lebih condong untuk merapat dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) besutan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Baca juga: Calon Boneka Dikhawatirkan Muncul jika Nasdem dan Demokrat Gabung KIB

Ari menjelaskan, koalisi ini lebih aman untuk Partai Nasdem karena bakal terus dekat dengan pemerintah.

“Jika Surya Paloh akhirnya melabuhkan partainya ke dermaga Cikeas sama saja dia menjauh dari Istana, dan konsekuensi logisnya harus siap-siap menerima talak politik dari Jokowi dan kader-kadernya siap angkat koper dari kabinet,” imbuhnya.

Diketahui Partai Nasdem saat ini merupakan partai koalisi pemerintah bersama PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, PKB, dan PPP.

Sementara itu Partai Demokrat tegas menjadi oposisi bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca juga: Disambangi Para Petinggi Partai, Nasdem Jadi Pemain Kunci di 2024?

Tetapi, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sempat menerima kunjungan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pertemuan itu berlangsung selama 2 jam di Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2022).

Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyampaikan pertemuan itu pun membahas dinamika politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Baca juga: Peluang Duet Demokrat-Nasdem Dinilai Kecil karena Sejarah Partai Tak Harmonis

Tetapi, pembicaraan itu belum terlalu spesifik karena masih tahap permulaan.

Willy juga menegaskan pihaknya baru akan menentukan figur kandidat capres setelah mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 15-17 Juni mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com