Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompasianer Yon Bayu

Blogger Kompasiana bernama Yon Bayu adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Tantangan Puan Maharani Menuju Capres 2024

Kompas.com - 07/06/2022, 13:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satunya sangat mungkin karena faktor Megawati sendiri. Selepas Pemilu 2019, muncul dorongan kuat agar tokoh-tokoh “senior” bersedia melepas kursi ketua umum partai.

Dalam beberapa kesempatan Megawati juga mempersilakan kader-kadernya untuk mencari penggantinya, meski banyak yang menilai hanya gimmick.

Kandidat kuat pengganti Megawati tentu saja Puan. Pertanyaannya, mengapa Megawati belum mau melakukan transformasi kekuasaan kepada anaknya seperti yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?

Kita paham setiap parpol memiliki tata cara dan hitung-hitungan politik sendiri. Salah satunya mungkin karena belum ada calon pengganti yang memiliki kapasitas dan kemampuan setara atau bahkan melebihi ketua umum saat ini.

Berangkat dari asumsi itu juga maka kita menyimpulkan Megawati merasa belum memiliki calon pengganti yang setara, minimal mendekati kehebatannya, termasuk Puan.

Jika Megawati sendiri belum sepenuhnya percaya Puan dapat memimpin PDIP, lalu bagaimana masyarakat (bisa) percaya Puan dapat memimpin negara yang memiliki kompleksitas persoalan melebihi partai?

Tidak ada keharusan capres menjadi ketua umum parpol. Tetapi dalam kasus Puan, faktor ini menjadi ikut dinilai karena alasan di atas.

Penyebab lain, Puan belum ditetapkan sebagai capres oleh PDIP. Dengan demikian kader-kader di bawah masih bebas memberikan suara untuk calon lain.

Mengapa PDIP tidak berani sedikit melanggar “tradisi” penetapan capres mendekati last minute pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) jika memang ada dorongan kuat dari lingkar dalam (inner circle) untuk mengusung Puan?

Komunikasi politik juga menjadi penyebab lain yang memengaruhi elektabiltas Puan. Tentu Puan sudah banyak melakukan pertemuan informal dengan petinggi parpol lain.

Tetapi kita ingin melihat Puan berkunjung ke markas “parpol tetangga” atas nama PDIP. Ini sangat penting untuk menunjukkan kepada publik dirinya tidak asyik sendiri di “rumah ibunya”.

Faktor lain yang tidak kalah penting, yakni tim komunikasi politik yang diinisiasi dan dipimpin oleh tokoh dari eksternal PDIP.

Selama ini Puan terkesan hanya mengandalkan “partisipasi” kader-kader PDIP seperti tampak pada pemasangan baliho dan pembagian bantuan sosial bergambar dirinya.

Jangan salahkan masyarakat yang apatis pada model sosialisasi jadul, terkesan monoton dan kurang inovatif seperti itu.

Pelibatan pihak nonpartai sangat penting untuk membuktikan dirinya tidak “jago kandang”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com