Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Korneles Materay
Peneliti Hukum

Peneliti Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award

Umbar Program, Bukan Gimik

Kompas.com - 05/06/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Umumnya, permainan gimik dalam politik untuk mengekskalasi pemberitaan atau perhatian publik. Para politikus kerap menggunakan cara itu. Tanpa peduli dampak negatif kepada publik.

Gimik tidak ditakdirkan untuk penegak hukum. Etika profesi penegak hukum menuntut profesionalisme, integritas, dan tanggungjawab yang tinggi ketika menjalankan tugas profesinya.

Penegak hukum sejatinya memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat. Intrik atau sensasi bertentangan dengan etika profesi maupun sikap hidup penegak hukum.

Rompi biru penangkal korupsi, entah gimik ke berapa yang justru datangnya dari penegak hukum.

Dari Pimpinan KPK saja, masih segar di ingatan publik beberapa gimik, antara lain: demo nasi goreng; gembar gembor hukuman mati pelaku korupsi dana bansos covid-19, hingga pemberian penghargaan kepada pencipta himne dan mars KPK.

Penegak hukum yang bermain gimik itu menyebalkan. Mereka melanggar etika profesinya. Apalagi terhadap KPK, publik tengah menunggu janji-janji menuntaskan masalah korupsi.

Para buron ditangkap, kasus-kasus yang dilaporkan masyarakat tuntas, adanya kesadaran mengelola benturan kepentingan sampai reformasi sektor partai politik.

Alih-alih ada hasil, publik disajikan narsisme. Pantas dan layak dikritik.

Persepsi yang sangat keliru bahwa rompi dapat menangkal korupsi. Seolah-olah menggunakan rompi itu bisa “kebal” terhadap korupsi.

Hal yang sama misalnya, adanya wacana melarang seorang tersangka/terdakwa menggunakan pakaian tertentu yang menunjukukan identitas agama/kelompok tertentu. Alasannya menghina dan mencari simpati.

Padahal orang punya hak untuk menggunakan pakaian apa saja selama sopan dan sesuai nilai-nilai yang ada.

Bilamana khawatir perubahan gaya berpakaian untuk menarik simpati, maka yang diperbaiki bukan melarang jenis pakaiannya, tetapi memastikan aparat penegak hukum profesional dan berintegritas serta masyarakat harus dididik agar lebih cerdas membaca perubahan itu.

Koruptor yang melanggar aturan bernegara dan mengambil hak-hak rakyat dan negara itu dihukum berat atau setimpal. Kerugian negara yang diderat dipulihkan.

Bagaimana agar perilaku antikorupsi bisa menyebar ke seluruh masyarakat. Itu hal yang fundamental perlu dibenahi.

Penulis menganggap, rompi itu hanya cenderamata. Asalkan dengan catatan bahwa aksi simbolis itu hanya bagian seremonial dari upaya praktis seperti adanya program pendidikan atau pelatihan antikorupsi yang dilakukan antara KPK dan PLN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com