Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

Ketika Pancasila Memanusiakan Manusia

Kompas.com - 01/06/2022, 06:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM buku "Karya Lengkap Driyarkara" (diterbitkan bersama Penerbit Buku Kompas, Kanisius dan Gramedia, 2006: 1.501 hal), tersingkap sumbangan besar dari filsuf Driyarkara tentang pemikiran Pancasila.

Driyarkara melihat potensi besar Pancasila untuk seluruh bangsa Indonesia. Bukan sebagai ideologi sempit yang bermaksud mengarahkan dan membawa orang kepada tujuan politik belaka, terpisah dari hidup biasa sehari-hari orang, tetapi sebagai filsafat dan dasar religiositas milik bersama bangsa Indonesia yang senantiasa dapat dikembangkan bersama (hal.xi).

Pemikiran Driyarkara seolah mengingatkan kita, jangan pisahkan Pancasila dari kehidupan sehari-hari.

Tak dipungkiri ada kenyataan bahwa banyak orang yang menganggap Pancasila sekadar hafalan sehingga lupa untuk dihayati dan dipraktikkan sehari-hari. Dalam konteks ini, Pancasila "terpisah dari hidup biasa sehari-hari".

Kalau kita baca di buku itu, serentetan pemikirannya mengajak kita untuk membuat mudah menjalankan Pancasila dalam keseharian.

Salah satu pemikiran dari Driyarkara, bagi orang-orang biasa dalam hidup sehari-hari tegakkan sikap demokratis.

Secara sederhana, hidup demokratis berarti mengakui dan menerima tiap manusia atau sesama sebagai saudaranya.

Hal ini berlaku dalam tiap kerja sama, dalam pergaulan sehari-hari, serta dalam setiap perjumpaan.

Ada saja orang yang merasa lebih luhur, mau selalu memerintah, mau menguasai, ingin mendominasi, main kepala besar, dan gila hormat.

"Terimalah tiap-tiap orang sebagai sesama, sebagai saudara". Inilah pedoman yang sangat praktis untuk hidup sehari-hari. Dari rasa persaudaraan ini akan melahirkan cinta kasih kepada sesama.

Apa yang dikemukakan Driyarkara itu jika diringkas menjadi "memanusiakan manusia". Kita memandang sesama sebagai manusia. Bukan homo homini lupus, sebagaimana pernyataan Thomas Hobbes.

Bagi Hobbes, kodrat manusia bersifat egois, mau menang sendiri dan akhirnya individual. Hobbes menyimbolkan dalam bentuk "lupus" atau serigala.

Dalam penyimbolan "lupus" ini bisa dibayangkan betapa kejamnya satu manusia dengan manusia lain. Saling terkam, saling seruduk. Tak ada nilai "memanusiakan manusia".

Maka dalam masyarakat lupus ini terjadilah pengingkaran nilai Pancasila. Misalkan saja, gara-gara ingin berkuasa, teman sendiri disingkirkan.

Mau cara seruduk? Mau cara terkam? Apapun cara, intinya ibarat lupus tadi. Atau bisa kita lihat sekelompok warga dimarjinalkan demi mewujudkan sebuah proyek pencitraan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com