Munisi juga tak boleh berbau setelah berada dalam oven selama sepuluh hari. Beratnya pun tidak boleh menyusut sampai di atas 2 persen dari berat semula.
Adapun hasil pengujian munisi sendiri terbagi dari lima kelas. Kelas satu bisa dibilang menjadi kategori terbaik. Munisi yang masuk kategori ini mempunyai umur ketahanan paling lama, yakni di atas 25 tahun.
Kelas kedua, munisi bisa bertahan 15 sampai 20 tahun. Kelas tiga, masa pakai munisi 7,5 sampai 15 tahun. Kelas empat, munisi dapat bertahan 3 sampai 7 tahun. Terakhir, yakni kelas lima, di mana usia tahan munisi hanya digunakan untuk latihan.
Dalam pengujiannya, Laboratorium Dislitbangad mengacu standar North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Kepala Laboratorium Dislitbangad Kolonel Arh Sapta Rendra mengungkapkan, pengujian yang dilakukan pada intinya berdasarkan standarisasi yang ditetapkan.
Baca juga: Putra Panglima TNI Diwisuda, Double Degree UGM dan University of Melbourne
Indonesia, kata dia, memiliki standar yang berbeda dengan negara lain. Sertifikasi menjadi salah satu faktornya.
Dalam hal ini, setiap alat utama sistem persenjataan (alutsista), baik pengadaan dari luar negeri maupun dalam negeri harus mengantongi sertifikasi dari Dislitbangad sebelum akhirnya dioperasikan di masing-masing satuan TNI AD.
“Sehingga di sini lah peran kita untuk memastikan nilai standarisasinya betul-betul itu bisa valid, akurat dan lain-lain,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.