Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Sepatu Pasukan Khusus AS-Korsel Harus Mencicipi Kerasnya Ditekuk Belasan Ribu Kali oleh Dislitbangad

Kompas.com - 26/05/2022, 06:28 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deru suara mesin otomatis kecil dengan empat alat pencapit bergemuruh tanpa henti di ruangan berdiameter lebar 15 meter dan panjang 20 meter.

Di tengah mesin berlapis kaca tersebut, terlihat sepatu prajurit berwarna hitam sedang bergerak naik-turun. Seorang prajurit TNI Angkatan Darat pun terlihat sibuk di depannya sembari memainkan tombol mesin itu.

Itu hanyalah momen percontohan saat Seksi Uji Alat Kelengkapan melakukan pengujian terhadap sepatu prajurit AD di Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), Batujajar, Bandung Barat, Jawa Barat.

Seksi ini bertugas untuk menguji atau mengetes kualitas sepatu prajurit TNI AD guna mendapatkan sertifikasi sebelum akhirnya diproduksi massal oleh pabrik-pabrik dalam negeri.

Artinya, proses pengujian tidak dilakukan setiap waktu, kecuali ada kebutuhan di lapangan sebelum produksi dilakukan.

Baca juga: Penunjukan Perwira Aktif Jadi Penjabat Bupati Seram Barat Dinilai Bentuk Dwifungsi TNI

Proses pengujian

Dalam pengujiannya, seksi ini mesti melewati sejumlah tahap, yakni uji tekuk, uji gosok, uji kuat tarik sol sepatu, uji kadar lemak, hingga uji kadar abu.

Dalam uji tekukan, sepatu dites kualitasnya dengan menggunakan mesin otomatis adhesion test. Tujuannya, bukan hanya sekedar menghasilkan sepatu yang menawan dari sisi tampilan, tapi juga kuat dalam hal struktur.

Untuk menghasilkan sepatu yang berkualitas, sebuah sepatu bahkan harus melewati proses penekukan belasan ribu kali.

“Uji tekuk dilakukan 15.000 tekukan, itu hitungan maksimal terhadap aktivitas prajurit,” kata Kepala Seksi Uji Alat Kelengkapan Laboratorium Dislitbangad Mayor Inf Rudi Heru Yudono saat ditemui di Batujajar, Selasa (24/5/2022).

Belasan ribu tekukan mesti dilakukan mengingat sepatu yang digunakan prajurit memiliki beban dan peran yang tak kalah besar dari personel yang menggunakannya.

Setiap sepatu harus mampu menopang beban hingga 100 kilogram. Selain berat badan prajurit, beban tersebut juga mencakup ransel, senjata, megazine cadangan hingga rompi.

Baca juga: Penjelasan MK soal Penjabat Kepala Daerah dari TNI Polri yang Tuai Polemik

Untuk daya tahan, umumnya berkisar antara tiga sampai lima tahun, tergantung dari perawatan yang dilakukan penggunanya.

Dicicipi produsen dalam dan luar negeri

Hal utama yang mendapat perhatian dalam proses pengujian ini adalah sepatu tidak boleh rusak maupun reject sedikit pun.

Oleh karena itu, sepatu yang digunakan prajurit, baik mereka yang berdinas di lapangan maupun harian, harus tersertifikasi.

Berbagai produsen sepatu baik dari dalam maupun luar negeri telah 'mencicipi' alotnya proses sertifikasi ini.

Sebut saja, produsen sepatu yang berada di Bandung maupun Jawa Timur, yang sudah kerap merasakan bagaimana mereka harus melewati uji sertifikasi sebelum memproduksi sepatu berstandar militer.

Selain itu, sejumlah produsen sepatu dari luar negeri juga tak luput melewati proses pengujian ini. Umumnya, sepatu yang diuji akan digunakan untuk pasukan khusus mereka.

“Ada dari Korea Selatan, Amerika Serikat tapi sudah lama sekali, Afrika Selatan. Semuanya buat kebutuhan militer, biasanya untuk pasukan khusus,” ungkap Heru.

Baca juga: Proses Perekrutan Komcad TNI AL Sudah Berjalan di Kodikmar Surabaya

Petugas menguji munisi kaliber 7,62 x 51 milimeter (mm) rancangan PT Pindad (Persero) di Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), Batujajar, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/5/2022).KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA Petugas menguji munisi kaliber 7,62 x 51 milimeter (mm) rancangan PT Pindad (Persero) di Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), Batujajar, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/5/2022).

Uji munisi

Secara keseluruhan, Laboratorium Dislitbangad juga menaungi sejumlah seksi uji lainnya, yakni Seksi Uji Materi Bergerak, Seksi Komunikasi Elektronik, Seksi Uji Senjata Munisi, Seksi Uji Biologi Kimia Laboratorium, hingga Seksi Uji Bengkel.

Seksi Uji Biologi Kimia bertugas menguji ketahanan munisi senjata api. Salah satu rangkaian pengujian yaitu dengan pengujian isian dorong atau mesiu menggunakan peralatan oven dan alat timbang.

Alat tersebut nama oven thermostat. Di alat ini, munisi kaliber besar dan munisi kaliber kecil bisa masuk.

Setiap munisi mesti dipanaskan dalam oven dengan suhu 95 derajat yang memakan waktu 10 hari.

Setiap pengujian munisi biasanya dilakukan secara serentak sebanyak 2 sampai 12 botol yang sudah terisi isian dorong. Jumlah munisi sengaja diuji lebih dari satu unit. Hal ini dilakukan sebagai bahan perbandingan dari hasil uji pada setiap botol tersebut.

Selama proses pengujian, aliran listrik tidak boleh mati. Oleh karena itu, sebelum pengujian dilakukan, petugas akan terlebih dulu berkoordinasi dengan Kantor PLN setempat agar tidak dilakukan pemadaman listrik.

Baca juga: TNI AL Bakal Musnahkan 179 Kilogram Kokain yang Ditemukan di Selat Sunda

Namun, jika listrik tiba-tiba mati, petugas akan langsung menggunakan genset untuk mengalirkan listrik pengganti.

Berstandar NATO

Serupa dengan uji sepatu, pada pengujian ini juga harus mengedepankan nilai-nilai standarisasi untuk menghasilkan munisi yang berkualitas dan berumur panjang.

Munisi juga tak boleh berbau setelah berada dalam oven selama sepuluh hari. Beratnya pun tidak boleh menyusut sampai di atas 2 persen dari berat semula.

Adapun hasil pengujian munisi sendiri terbagi dari lima kelas. Kelas satu bisa dibilang menjadi kategori terbaik. Munisi yang masuk kategori ini mempunyai umur ketahanan paling lama, yakni di atas 25 tahun.

Kelas kedua, munisi bisa bertahan 15 sampai 20 tahun. Kelas tiga, masa pakai munisi 7,5 sampai 15 tahun. Kelas empat, munisi dapat bertahan 3 sampai 7 tahun. Terakhir, yakni kelas lima, di mana usia tahan munisi hanya digunakan untuk latihan.

Dalam pengujiannya, Laboratorium Dislitbangad mengacu standar North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Kepala Laboratorium Dislitbangad Kolonel Arh Sapta Rendra mengungkapkan, pengujian yang dilakukan pada intinya berdasarkan standarisasi yang ditetapkan.

Baca juga: Putra Panglima TNI Diwisuda, Double Degree UGM dan University of Melbourne

Indonesia, kata dia, memiliki standar yang berbeda dengan negara lain. Sertifikasi menjadi salah satu faktornya.

Dalam hal ini, setiap alat utama sistem persenjataan (alutsista), baik pengadaan dari luar negeri maupun dalam negeri harus mengantongi sertifikasi dari Dislitbangad sebelum akhirnya dioperasikan di masing-masing satuan TNI AD.

“Sehingga di sini lah peran kita untuk memastikan nilai standarisasinya betul-betul itu bisa valid, akurat dan lain-lain,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com