Bahkan Puan Maharani, “putri mahkota” Megawati yang kini Ketua DPR melakukan swafoto bertiga.
Hubungan Megawati dan Prabowo boleh dikata unik. Kadang mesra, kadang tak akur.
Pada Pilpres 2009, Megawati dan Prabowo berpasangan sebagai capres-cawapres. Waktu itu populer sebutan pasangan Mega-Pro. Bahkan koalisi itu diperkuat dengan Perjanjian Batu Tulis.
Di pentas Pilpres, Mega-Pro kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Tiga tahun kemudian, koalisi kembali terjadi pada Pilkada DKI Jakarta.
PDIP dan Gerindra berkoalisi mengajukan pasangan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kemudian memenangi Pilgub Jakarta 2012.
Dua tahun setelah itu, hubungan merenggang lagi, setelah PDIP mengusung Jokowi sebagai kandidat presiden di Pilpres 2014. Padahal Prabowo juga maju dalam bursa capres.
Ini yang sempat diungkit-ungkit karena salah satu poin Perjanjian Batu Tulis, disebutkan Megawati akan mendukung pencalonan Prabowo pada 2014.
Tetapi Megawati mustahil tak mengusung Jokowi, kader PDIP yang punya elektabilitas tertinggi.
Dukungan PDIP terhadap Jokowi berlanjut pada Pilpres 2019. Alhasil selama satu dekade hubungan keduanya berseberangan.
Bahkan inilah episode terberat dalam politik Indonesia kontemporer karena rivalitas menimbulkan polarisasi yang begitu akut. Demokrasi pun sampai terseok-seok.
Silaturahim, komunikasi, dan mungkin penjajakan dilakukan para pimpinan parpol. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah bertemu Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (SP) pada 29 Maret 2022.
AHY juga bertemu Airlangga Hartarto pada 7 Mei 2022. Sebelumnya Surya Paloh bertemu Airlangga Hartarto pada 10 Maret 2022, saat panas-panasnya wacana penundaan Pemilu 2024.
Terlepas dari isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut, tetapi dipercaya SP mengantungi sejumlah nama untuk bursa capres-cawapres dalam Pilpres 2024.
Bila mencermati peta kekuatan di parlemen, idealnya dapat terbentuk tiga poros koalisi. Yang sudah ada KIB.
Jika ada tiga koalisi, maka akan ada tiga pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Kalau gelagat kedekatan PDIP dan Gerindra benar-benar terwujud, maka akan menjadi satu poros koalisi. Suara PDIP 19,33 persen dan Gerindra 12,57 persen. Total 31,90 persen.
Tinggal satu poros koalisi lagi. Di sana ada PKB (9,69 persen), Nasdem (9,05 persen), PKS (8,21 persen), dan Demokrat (7,77 persen). Jumlah kekuatannya 34,72 persen.
Justru di tangan koalisi ini terbentuk koalisi terkuat berdasarkan kekuatan suara.
Apakah benar-benar mengerucut pada pemetaan ketiga koalisi tersebut, sekali lagi, politik itu sangat cair. Bisa ya, bisa juga tidak.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang ditanya kemungkinan bergabung dengan KIB, berseloroh mau saja apabila capresnya adalah dirinya. Muhaimin tentu bercanda.
Tetapi di politik diksi bisa bermakna lain alias multitafsir. Kita sama-sama cermati bahwa KIB diinisiasi oleh Golkar.
Sebagai partai kuat, Golkar tak ingin kalah cepat. Apalagi Airlangga didapuk sebagai capres dalam Munas tahun 2019. Maka KIB akan dapat mengamankan posisi Golkar, sekaligus posisi Airlangga.
Koalisi ramping saja, tak perlu besar. Asal cukup untuk meraih kemenangan. Jangan membawa beban banyak.
Kenyataannya koalisi justru membengkak, seperti koalisi pemerintahan Jokowi, baik Koalisi Indonesia Hebat (2014-2019), dan terlebih Koalisi Indonesia Maju (2019-2024).
Ini tak mengherankan karena tujuan partai adalah mengakses kekuasaan, karena motif office-seeking dan juga policy-seeking (Kadima, 2014).
Maka, dalam kurun dua tahun ini, kita akan menonton berbagai atraksi dan manuver politik. Komunikasi, silaturahim, atau sekadar ngopi politik akan menjadi santapan hari-hari.
Tetapi kita juga akan menyaksikan singa pun tak bernyali mengaum sendirian merebut kekuasaan puncak di negeri ini.
Singa yang terpisah dari kawanannya bisa tak berdaya dikepung kawanan hiena yang punya insting koalisi sangat baik.
Semakin besar mangsa, semakin besar kekuatan koalisinya. Cara hiena yang solid bergerombol ternyata sangat efektif dalam memburu mangsa di sabana yang liar dan ganas.
Siapa bilang arena politik bukan padang berburu kuasa yang tak liar dan ganas? Lantas, siapa bernyali tak berkoalisi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.