Menurut Yunarto, lewat pernyataannya Jokowi juga tengah memberikan sinyal ke partai-partai pendukungnya. Bahwa dia sudah memiliki jagoan sendiri untuk 2024, untuk selanjutnya "bola" dilempar ke partai politik.
"Apakah ingin ikut Jokowi atau tidak, baik itu partainya sendiri PDI Perjuangan, atau partai-partai lain yang selama ini ada di bawah pemerintahan Jokowi," kata Yunarto.
Selain itu, Yunarto menilai, Jokowi juga ingin menegaskan bahwa dirinya hendak menjadi sutradara politik di panggung pilpres mendatang.
Bahwa sebagai presiden yang menjabat 2 periode, Jokowi hendak menyampaikan dirinya punya kuasa untuk ikut bersuara.
"Ini sebuah sinyal awal bahwa Jokowi ingin mengatakan, paling penting saya tidak hanya ingin menjadi penonton seperti yang terjadi pada SBY di 2014 ketika SBY tidak bisa menentukan arah koalisi dari partainya dan tidak bisa menjadi sutradara politik," kata Yunarto.
"Beliau (Jokowi) ingin menjadi salah satu sutradara politik, tidak hanya ingin menjadi penonton," tuturnya.
Baca juga: PDI-P Ingatkan Koalisi Golkar-PAN-PPP, Hasto: Jangan Bawa Kontestasi Terlalu Awal
Namun demikian, lanjut Yunarto, pernyataan Jokowi itu bisa jadi juga merupakan pesan bagi relawannya supaya tak terburu-butu mengambil keputusan, mengingat politik selalu dinamis.
Atau, mungkin juga Jokowi hendak meminta para relawan tidak menggunakan cara-cara mereka di 2024, tetapi mengikuti ritme dirinya.
"Kalau mau masih ikut dengan saya, saya sudah punya jagoannya sendiri dan ikuti ritme dan timeline yang saya punya," kata Yunarto.
Yunarto berpendapat bahwa sinyal yang dikirim Jokowi ke Ganjar itu tak melangkahi partainya sendiri.
Memang, PDI-P hingga kini belum buka suara, apalagi menentukan keputusan soal calon presiden yang bakal mereka usung di 2024.
Namun, menurut Yunarto, tak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi, lantaran dia bicara di hadapan para relawannya, bukan sebagai petugas partai banteng.
"Betul di PDI Perjuangan pasti beliau akan menghormati Bu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P) dalam pengambilan keputusan, karena betul dia hanya petugas partai, Bu Mega adalah ketua umum partai," ucap Yunarto.
"Tapi kan kita harus lihat kapasitas beliau ketika menjadi pemimpin koalisi yang punya kemampuan berkomunikasi dan ikut menentukan arah dari partai-partai pendukung lain," lanjutnya.
Baca juga: Membaca Bayangan Peta Koalisi Pilpres 2024 dalam Dominasi Kuasa PDI-P
Menurut Yunarto, Jokowi baru disebut melangkahi partai jika dia memaksakan kehendaknya soal dukungan politik di 2024 kepada PDI-P.