Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuasa Jokowi dan Sinyal-sinyal Dukungan buat Ganjar di Pilpres 2024

Kompas.com - 23/05/2022, 11:12 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Pro Jokowi (Projo) di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022), seketika riuh saat Presiden Joko Widodo berpidato.

Jokowi bicara soal politik 2024. Ketua Dewan Pembina Projo itu bilang, jangan terburu-buru perihal tersebut.

Ia meminta organisasi relawan pendukungnya bersabar, sekalipun mungkin yang mereka dukung hadir di tengah-tengah Rakernas.

"Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini," kata Jokowi.

Sontak, hadirin bersorak-sorai. Mereka bertepuk tangan, beberapa meneriakkan nama Ganjar Pranowo.

Baca juga: Minta Projo Sabar Soal Pilpres 2024, Jokowi: Ojo Kesusu Sik...

Memang, Gubernur Jawa Tengah itu menjadi salah satu tokoh yang hadir di Rakernas. Selain itu, hadir pula di antaranya Kepala Staf Presiden Moeldoko dan Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi.

Pernyataan Jokowi soal "mungkin yang kita dukung ada di sini" pun melahirkan beragam tafsir. Jokowi diduga berupaya mengirimkan sinyal "restu" ke Ganjar untuk melangkah ke Pemilu 2024.

Kode ini bisa jadi lumrah, mengingat nama Ganjar digadang-gadang menjadi calon potensial presiden di Pilpres mendatang.

Baca juga: Jokowi dan Politik Basa-basi ke Ganjar Pranowo Jelang Pemilu 2024...

Sinyal buat Ganjar

Pernyataan Jokowi dinilai sengaja dilontarkan di hadapan para relawan Projo dan Ganjar Pranowo.

Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, dengan gaya politik Jawa-nya, Jokowi biasanya berhati-hati menyampaikan pernyataan. Soal politik, ia jarang berucap kontroversi yang menimbulkan beragam tafsir.

Oleh karenanya, Yunarto meyakini bahwa pernyataan Jokowi sengaja dilontarkan sebagai sinyal dukungannya untuk Ganjar.

"Jadi saya melihat betul-betul beliau dengan sengaja pertama kalinya berbicara mengenai sinyal dukungan presiden 2024," kata Yunarto kepada Kompas.com, Senin (23/4/2022).

Yunarto menilai, sinyal Jokowi itu linear dengan hasil survei berbagai lembaga yang menempatkan sosok Ganjar sebagai salah satu tokoh dengan elektabilitas tertinggi di samping Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Selain itu, oleh para responden survei, Ganjar juga dianggap paling pantas menjadi penerus Jokowi dibandingkan tokoh-tokoh partai politik lain.

"Jadi menurut saya memang ini simbol kuat kepada Ganjar," ujarnya.

Baca juga: Hasto: PDI-P Bisa Usung Calon Sendiri, Kami Tak Ikut Berdansa Politik

Menurut Yunarto, lewat pernyataannya Jokowi juga tengah memberikan sinyal ke partai-partai pendukungnya. Bahwa dia sudah memiliki jagoan sendiri untuk 2024, untuk selanjutnya "bola" dilempar ke partai politik.

"Apakah ingin ikut Jokowi atau tidak, baik itu partainya sendiri PDI Perjuangan, atau partai-partai lain yang selama ini ada di bawah pemerintahan Jokowi," kata Yunarto.

Sutradara politik

Selain itu, Yunarto menilai, Jokowi juga ingin menegaskan bahwa dirinya hendak menjadi sutradara politik di panggung pilpres mendatang.

Bahwa sebagai presiden yang menjabat 2 periode, Jokowi hendak menyampaikan dirinya punya kuasa untuk ikut bersuara.

"Ini sebuah sinyal awal bahwa Jokowi ingin mengatakan, paling penting saya tidak hanya ingin menjadi penonton seperti yang terjadi pada SBY di 2014 ketika SBY tidak bisa menentukan arah koalisi dari partainya dan tidak bisa menjadi sutradara politik," kata Yunarto.

"Beliau (Jokowi) ingin menjadi salah satu sutradara politik, tidak hanya ingin menjadi penonton," tuturnya.

Baca juga: PDI-P Ingatkan Koalisi Golkar-PAN-PPP, Hasto: Jangan Bawa Kontestasi Terlalu Awal

Namun demikian, lanjut Yunarto, pernyataan Jokowi itu bisa jadi juga merupakan pesan bagi relawannya supaya tak terburu-butu mengambil keputusan, mengingat politik selalu dinamis.

Atau, mungkin juga Jokowi hendak meminta para relawan tidak menggunakan cara-cara mereka di 2024, tetapi mengikuti ritme dirinya.

"Kalau mau masih ikut dengan saya, saya sudah punya jagoannya sendiri dan ikuti ritme dan timeline yang saya punya," kata Yunarto.

Bukan petugas partai

Yunarto berpendapat bahwa sinyal yang dikirim Jokowi ke Ganjar itu tak melangkahi partainya sendiri.

Memang, PDI-P hingga kini belum buka suara, apalagi menentukan keputusan soal calon presiden yang bakal mereka usung di 2024.

Namun, menurut Yunarto, tak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi, lantaran dia bicara di hadapan para relawannya, bukan sebagai petugas partai banteng.

"Betul di PDI Perjuangan pasti beliau akan menghormati Bu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P) dalam pengambilan keputusan, karena betul dia hanya petugas partai, Bu Mega adalah ketua umum partai," ucap Yunarto.

"Tapi kan kita harus lihat kapasitas beliau ketika menjadi pemimpin koalisi yang punya kemampuan berkomunikasi dan ikut menentukan arah dari partai-partai pendukung lain," lanjutnya.

Baca juga: Membaca Bayangan Peta Koalisi Pilpres 2024 dalam Dominasi Kuasa PDI-P

Menurut Yunarto, Jokowi baru disebut melangkahi partai jika dia memaksakan kehendaknya soal dukungan politik di 2024 kepada PDI-P.

Namun, dalam hal ini, Jokowi hanya mencoba menempatkan dirinya sebagai pemimpin tinggi relawan yang punya andil besar untuk mengambil keputusan.

"Ini kan dalam relawan Projo yang memang 100 persen penentuan kebijakannya ada di tangan. Beliau tidak pernah berani berbicara seperti ini di forum-forum partai, apalagi PDI Perjuangan," ujar Yunarto.

Sikap partai pasca-pernyataan Jokowi

Setelah ini, Yunarto yakin arah angin dukungan akan menguat ke Ganjar Pranowo, minimal di kalangan pemilih Jokowi.

Sementara, relawan Jokowi dan partai-partai akan berkonsolidasi dan berancang-ancang mengambil sikap, apakah bakal satu suara atau bertentangan dengan presiden.

Baca juga: Menerka Jalan Ganjar Pranowo Menyongsong Pilpres 2024

"Menurut saya ini juga seperti upaya Pak Jokowi testing the water, ketika sinyal sudah dilempar bagaimana respon-respon dari partai," kata Yunarto.

Selain itu, lanjut Yunarto, sikap Jokowi ini akan menjadi penentu awal apakah koalisinya yang sekarang akan solid di 2024, atau bakal terpecah.

"Dan efeknya nanti kan akan kepada keputusan Jokowi untuk membuat koalisi ini bertambah kah, atau koalisi kemudian malah menjadi kecil," tutur dia.

Masih panjang

Kendati demikian, jalan menuju Pilpres 2024 masih panjang. Pendaftaran calon presiden masih beberapa bulan mendatang.

Menurut Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, dinamika politik masih sangat mungkin berkembang.

PDI-P disinyalir butuh waktu yang tidak sebentar untuk menentukan sosok yang akhirnya diusung di Pilpres 2024. Keputusan akhir terkait itu, menurut Bawono, pada akhirnya akan ditentukan oleh ketua umum partai.

"Mekanisme internal PDI Perjuangan di mana ketua umum sangat dominan dalam penentuan keputusan strategis tidak bisa ditebak," katanya kepada Kompas.com, Minggu (23/4/2022).

Baca juga: Survei: Prabowo, Anies, Ganjar Bersaing Ketat, Pilpres 2024 Diprediksi Dua Putaran

Apalagi, kini internal PDI-P disebut-sebut tengah menghadapi dilema politik, apakah baiknya mengusung Ganjar yang jelas-jelas elektabilitasnya menjulang, atau memilih putri mahkota, Puan Maharani, yang elektabilitasnya berada di papan bawah.

"Mungkin saja di ujung dinamika nanti bukan Puan Maharani akan diusung, tetapi Ganjar Pranowo. Namun, nanti bisa juga Puan Maharani diusung PDI Perjuangan dengan memberikan juga konsensi tertentu kepada Ganjar Pranowo seperti posisi Gubernur DKI Jakarta," lanjut Bawono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com