Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Drama Rasuah (Kembali) Terjadi Lagi, Kali Ini Bogor

Kompas.com - 27/04/2022, 14:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mari kita lihat negara tercinta ini
Semakin banyak oknum katanya
Yang menjilat sana-sini
Lidah yang bukan main panjangnya
Bisa menjilat siapa saja
hamba taat penjilat nikmat
Mulai dari kalangan mahasiswa sampai penguasa negara
Semua berlomba-lomba memiliki kekuasaan
Tak ingin sedikit pun diganggu dengan aturan
karena nikmat menjadi nomor satu
Urusan perut tak boleh dicatut
Inilah yang terjadi
Inilah yang terlihat
Bukan sok bijak
Bukan sok suci
Hanya merasa sedih
Hanya merasa sakit
Bahwa legalitas hanya sebatas tanda tangan di atas kertas
Legitimasi dijadikan jalan mencari kursi

Tangan di atas meja tak lagi suci
Tak lagi bersih
Berdebu, usang dan tak berprikemanusiaan

Kesengsaraan muncul ke atas permukaan
Enggan pergi
Enggan menghilang
Ia akan terus menghantui
Kekuasaan yang tak perduli akan keadilan
Kekuasaan yang buta akan kemanusiaan
Kekuasaan yang digunakan untuk menjatuhkan
Segala sisi kebaikan yang mencoba hidup

Negara tercinta ini semakin banyak memiliki warna
Namun saling pudarkan satu sama lainnya

Bicara ideologi kanan kiri sudah tak patut lagi
Tak boleh dilakukan di lorong manapun
Semua harus nurut dengan segala aturan yang tak patut

Semakin banyak warna yang mulai hilang
Bahan bacaan yang menebalkan warna dihilangkan
DIHARAMKAN
Dijadikan barang bukti penangkapan

Literasi dikatakan pembodohan
Literasi semakin terpinggirkan
Literatur berdebu dan usang
Literatur semakin tak berharga dan dijauhkan

Menyedihkan
Semua hilang
Kemanusiaan
Keadilan
karena lapar kekuasaan lapang kesengsaraan

Mari kita nikmati saja semuanya
Aku khawatir
Yang sadar mulai enggan berbicara
Mulai hilang dari perabadan
karena aturan pesanan
Kejam memang
Tapi semua itu adalah kenyataan

Kita harus mulai membangun kembali
Kemanusiaan yang mulai runtuh
Keadilan yang perlahan menghilang
Berkat laparnya kekuasaan
Rakyat kecil hanya bisa menerima lapang dada kesengsaraan
Setiap hari harus menjadi sarapan
Bahwa setiap perjuangan hanya sebuah kesia-siaan
Semua bisa dibeli dengan uang yang terlanjur dituhankan

Sajak “Lapar Kekuasaan Lapang Kesengsaraan” yang saya temukan di laman Lelahbersajak.com ini begitu gamblang menukilkan fenomena kekuasaan yang membutakan.

Dari kacamata kekuasaan, asal uang menjadi kabur karena begitu laparnya mereka yang berkuasa.

Pemberi uang pun juga samar, karena kekuasaan sangat mendamba uang dengan segala cara.

Tidak ada yang menyangka, pilar kokoh kekuasaan beberapa periode kerabat Yasin di Bogor, Jawa Barat, akhirnya runtuh juga.

Setelah sang kakak Rahmat Yasin menjadi Bupati Bogor untuk dua periode (2008-2014), sang adik – Ade Munawaroh Yasin - meneruskan dinasti politik keluarga dengan menjadi penerusnya sebagai Bupati Bogor (2018-2020).

Sementara istri Rahmat Yasin, Elly Halimah Rachmat Yasin masih aktif sebagai anggota Komisi VI DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan tengah menakhodai PPP Kabupaten Bogor sebagai ketua.

Ketiganya dikenal sebagai politisi handal dan kini dua di antaranya, yakni kakak adik, Rahmat dan Ade berakhir sama sebagai pelaku rasuah.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menggelar operasi tangkap tangan (OTT) terbaru dengan menangkap Bupati Bogor Ade Yasin, perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Barat serta rekanan swasta (Rabu, 27/4/2020).

Sejak menang sebagai bupati terpilih dari Pilkada 2018, strategi politiknya banyak dikagumi lawan-lawan politiknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com