Jalan raya perbatasan Malaysia dari Serian sampai Tebedu menggunakan hotmiks halus dan lebar tiga jalur, sementara Indonesia hanya dua jalur.
Pertokoan di desa terdekat Serawak di Desa Tebedu menjual apa saja yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan. Sementara di Indonesia, masyarakat Entikong harus ke Pontianak yang jarak tempuhnya lebih dari tujuh jam dari Entikong.
Nah, saat ini situasi telah berubah. Infrastruktur perbatasan darat di Indonesia baik di PLBN Skouw Papua, PLBN di Kalimantan Barat, dan di tempat tempat lain seperti Motaain, Motamasin dan Wini di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste sudah jauh lebih baik. Jalan juga sudah relatif lebih baik dan mulus.
Perkantoran dan sarana pelabuhan Indonesia lebih modern. Pelabuhan darat Entikong, Aruk, dan Skouw sekarang jauh lebih megah dibandingkan dengan pelayanan di negara tetangga Indonesia. Bangsa Indonesia harus bangga akan kemajuan yang sangat signifikan ini.
Sebagai negara bahari, obyek wisata laut yang berbatasan dengan negara tetangga sudah selayaknya dijadikan prioritas pengembangan wisata perbatasan pada saat ini dan untuk masa datang. Seperti halnya di Pulau Pejantan, Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Banyak yang tidak mengenal dan familiar dengan pulau ini. Bahkan bagi masyrakat Riau sekalipun, banyak yang hanya menduga-duga ada apa di pulau itu.
Pulau ini tergolong sepi, hanya beberapa buah rumah tinggal. Namun bagi penulis yang kebetulan suka searching dan dialog dengan masyarakat pulau, pulau ini tentu berbeda.
Akhirnya berbagai informasi penulis dapatkan, penulis himpun, dan dari tokoh masyarakat Riau yang penulis kenal, penulis mendapat informasi kekinian yang sangat informatif dan penting bagi keparawisataan Indonesia. Bahwa saat ini, sering kapal Singapura berlayar ke pulau ini, menginap dengan kapal mewah berhari-hari di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini.
Pulau Pejantan ini terletak pada 0o6’57.78” LU 107o13’53.32” BT, membentang sepanjang 5 Km dan lebar 1,3 Km. Pulau ini nyata-nyata telah menjadi alternatif wisata bahari oleh negara-negara tetangga.
Dari berbagai informasi yang penulis dapatkan, di sana banyak temuan bawah dan atas permukaan laut yang punya nilai parawisata. Penulis pernah membaca sekilas catatan studi taksonomi flora pada penelitian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup pada 2017. Pulau ini dapat dijadikan objek riset biodiversiti dunia.
Tanpa membandingkan dengan pulau lain kiranya tidak berlebihan kalau penulis membuat asumsi bahwa "The Next Best Destination Would Be in Pejantan Island". Mari kita baca catatan riset terbitan University of Minnesota Library tahun 1934 berjudul “Sailing Directions for Sunda Strait and Northwest Coast of Borneo and off Lying Dangers” yang justru jauh-jauh telah menggambarkan secara spesifik Pulau Pejantan memiliki keindahan terumbu karang yang luar biasa.
Catatan itu juga bisa dikomparasikan dengan sebuah laporan Research Centre for Oceanography (RCO) Coremap CTI 2020 yang telah menempatkan terumbu karang di Tambelan dan Pejantan dalam kondisi "excellent", dan sepertinya Singapura telah lebih dahulu menikmati indahnya permukaan bumi dan bawah laut kita mendahului para traveller dan para diver Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.