Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Akali Demokrasi, Peralat Konstitusi

Kompas.com - 24/03/2022, 11:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia dianggap sebagai pelopor pembangunan infrastruktur di negeri ini. Suharto dipersepsikan sebagai sang super, dan karena itu, kita beri kesempatan berkuasa terus menerus.

Akibatnya, Suharto jatuh secara menyakitkan, lalu rakyat sungguh-sungguh berpaling darinya. Suharto dinista rakyat karena kekuasaannya selalu dipaksakan untuk diperpanjang.

Tahun lalu, bahkan sebelumnya, sudah muncul wacana mengubah Konstitusi untuk memperpanjang masa kepresidenan menjadi tiga periode. Reaksi masyarakat untuk menolaknya, sangat kencang.

Lalu, muncul gagasan memperpanjang masa kepresidenan dengan cara menambah dua tahun. Pilihan mana pun dipakai, tetap harus melalui mekanisme amandemen Konstitusi.

Presiden Jokowi sendiri berkali banyak mengatakan: “Tidak berniat memperpanjang masa jabatannya. Ia tunduk pada Konstitusi.”

Kini, muncul lagi gagasan untuk menunda jadwal pemilu. Bukan lagi sekadar masa jabatan presiden yang diperpanjang, tetapi jabatan masa para anggota legislatif juga ikut diperpanjang.

Di sinilah pintunya karena anggota legislatif yang memiliki kewenangan melakukan amandemen Konstitusi, sebagian sudah menyetujuinya.

Ini menyangkut kepentingan mereka juga, karena menunda pemilu berarti memperpanjang masa kerja.

Tidak usah capek-capek membujuk masyarakat untuk memilih mereka dalam waktu dua tahun ini.

Satu hal yang terlupakan, para partai politik yang mendukung penundaan pemilu karena kepentingan elite para partai tersebut, akan menjadi bumerang bagi para partai politik tersebut.

Dengan sikap yang setuju penundaan pemilu, rakyat akan memberi vonnis pada para partai politik yang tidak menyalurkan keinginan rakyat.

Hukuman terberat bagi partai politik akan terjadi manakala rakyat sudah berpaling darinya. Rakyat tidak mau memberikan suaranya lagi.

Nelson Mandela, terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan pada tahun 1994. Ia sungguh-sungguh seorang legend, pemimpin yang penuh kharisma, tidak sekadar di teritori Afrika, tetapi dunia.

Hadiah Nobel perdamaian pun diraihnya, dan berbagai penghargaan dunia disandangnya.

Di saat rakyat sedang memuja dan tetap membutuhkan kepemimpinannya, dan Konstitusi Afrika Selatan tetap membuka peluang buat dirinya, namun, secara mengagetkan, pada tanggal 28 Maret 1999, ia berpidato dan mendeklarasikan bahwa ia tidak mau maju lagi jadi presiden.

Cukup buat saya, katanya. Berikan juga peluang kepada yang lain. Sikap Mandela inilah yang justru kian membuat ia menjadi the true legend.

Dalam hati saya sekarang ini, ada baiknya para politisi dan pemimpin kita, belajar dari sikap Mandela.

Berhenti di saat rakyat mengaguminya. Bukan berhenti di saat rakyat sudah tidak menyenanginya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com