Ia dianggap sebagai pelopor pembangunan infrastruktur di negeri ini. Suharto dipersepsikan sebagai sang super, dan karena itu, kita beri kesempatan berkuasa terus menerus.
Akibatnya, Suharto jatuh secara menyakitkan, lalu rakyat sungguh-sungguh berpaling darinya. Suharto dinista rakyat karena kekuasaannya selalu dipaksakan untuk diperpanjang.
Tahun lalu, bahkan sebelumnya, sudah muncul wacana mengubah Konstitusi untuk memperpanjang masa kepresidenan menjadi tiga periode. Reaksi masyarakat untuk menolaknya, sangat kencang.
Lalu, muncul gagasan memperpanjang masa kepresidenan dengan cara menambah dua tahun. Pilihan mana pun dipakai, tetap harus melalui mekanisme amandemen Konstitusi.
Presiden Jokowi sendiri berkali banyak mengatakan: “Tidak berniat memperpanjang masa jabatannya. Ia tunduk pada Konstitusi.”
Kini, muncul lagi gagasan untuk menunda jadwal pemilu. Bukan lagi sekadar masa jabatan presiden yang diperpanjang, tetapi jabatan masa para anggota legislatif juga ikut diperpanjang.
Di sinilah pintunya karena anggota legislatif yang memiliki kewenangan melakukan amandemen Konstitusi, sebagian sudah menyetujuinya.
Ini menyangkut kepentingan mereka juga, karena menunda pemilu berarti memperpanjang masa kerja.
Tidak usah capek-capek membujuk masyarakat untuk memilih mereka dalam waktu dua tahun ini.
Satu hal yang terlupakan, para partai politik yang mendukung penundaan pemilu karena kepentingan elite para partai tersebut, akan menjadi bumerang bagi para partai politik tersebut.
Dengan sikap yang setuju penundaan pemilu, rakyat akan memberi vonnis pada para partai politik yang tidak menyalurkan keinginan rakyat.
Hukuman terberat bagi partai politik akan terjadi manakala rakyat sudah berpaling darinya. Rakyat tidak mau memberikan suaranya lagi.
Nelson Mandela, terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan pada tahun 1994. Ia sungguh-sungguh seorang legend, pemimpin yang penuh kharisma, tidak sekadar di teritori Afrika, tetapi dunia.
Hadiah Nobel perdamaian pun diraihnya, dan berbagai penghargaan dunia disandangnya.
Di saat rakyat sedang memuja dan tetap membutuhkan kepemimpinannya, dan Konstitusi Afrika Selatan tetap membuka peluang buat dirinya, namun, secara mengagetkan, pada tanggal 28 Maret 1999, ia berpidato dan mendeklarasikan bahwa ia tidak mau maju lagi jadi presiden.
Cukup buat saya, katanya. Berikan juga peluang kepada yang lain. Sikap Mandela inilah yang justru kian membuat ia menjadi the true legend.
Dalam hati saya sekarang ini, ada baiknya para politisi dan pemimpin kita, belajar dari sikap Mandela.
Berhenti di saat rakyat mengaguminya. Bukan berhenti di saat rakyat sudah tidak menyenanginya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.