Untuk menjadi pertimbangan dan pengingat kita, penulis akan menyimulasikan beberapa skenario kemungkinan tren penyebaran di masa depan melalui pemanfaatkan model penyebaran penyakit infeksi.
Simulasi di sini bukan dibuat dengan tujuan forecasting (peramalan), namun lebih ke arah memberikan gambaran bagaimana situasi-situasi yang mungkin terjadi.
Misalnya, apa yang bisa terjadi kalau kita benar-benar menganggap bahwa Omicron ini mild. Dan, apa yang terjadi kalau kita abai terhadap prokes 5M dan 3 T.
Model yang digunakan, yaitu model pengelompokan populasi ke beberapa grup, yaitu kelompok rentan-inkubasi-terinfeksi-sembuh-kematian, atau lebih dikenal dengan model SEIRF.
Simulasi dilakukan berdasarkan data Johns Hopkins University and Medicine yang bisa diakses melalui https://coronavirus.jhu.edu/map.html.
Angka reproduksi kasus Omicron di Indonesia berada pada rentang 1,21 sampai 2,42 dengan CFR bervariasi dari 0,18 persen sampai 1,13 persen dengan rata-rata 0,68 persen dari data periode 1 Januari 2022-16 Februari 2022.
Guna melakukan simulasi, penulis menggunakan asumsi parameter-parameter yang memengaruhi peristiwa infeksi secara biologis adalah konstan (time-invariant), tidak berubah terhadap waktu (tidak time-varying).
Rata-rata masa inkubasi Omicron diasumsikan tiga hari, rata-rata waktu yang diperlukan untuk negatif diasumsikan tujuh hari dari pertama kali memperoleh hasil positif PCR.
Berdasarkan data histori, kasus yang ditelaah akan dibagi dalam tiga skenario atau kasus.
Kasus pertama untuk menggambarkan situasi bila penyebaran sangat tinggi (angka reproduksi dan CFR masing-masing bernilai 2.42 dan 1.13 persen).
Kasus kedua untuk penyebaran tinggi (angka reproduksi 1.89 dengan CFR=0.68 persen).
Kasus ketiga adalah untuk menggambarkan penyebaran medium, yakni tidak setinggi kedua kasus sebelumnya (angka reproduksi 1.21 dan CFR adalah 0.18 persen).
Gambar 1.3 memperlihatkan kemungkinan penambahan kasus baru yang terjadi di Indonesia untuk tiga kasus tersebut.
Kasus pertama, kasus kedua, dan kasus ketiga masing-masing secara berurutan ditunjukkan garis warna merah, garis biru, dan garis hitam.
Dari grafik itu dapat disimpulkan dengan meningkatnya angka reproduksi sebesar kurang lebih 0,4 sampai 0,6 menyebabkan puncak penyebaran dapat meningkat drastis sebesar hampir sekitar 4 kali lebih banyak.
Untuk lebih jelasnya grafik penyebaran untuk masing-masing angka reproduksi dapat dilhat pada Gambar 1.3 bagian bawah.
Tidak hanya nilai puncak terjadinya penyebaran, waktu terjadinya puncak penyebaran juga bergantung terhadap keparahan terjadinya penularan infeksi.
Puncak kasus harian masing-masing kasus diprediksi terjadi pada tanggal 26 Maret 2022, 3 April 2022, dan 21 April 2022 secara berurutan.
Fakta menariknya adalah, tingginya tingkat penyebaran memang memberi dampak semakin cepatnya puncak masa endemi dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai penyebaran virus selesai di Indonesia juga semakin sempit, namun dengan jumlah yang terpapar jauh lebih tinggi.