Di tengah-tengah banyaknya anjuran tenaga kesehatan dan pemerintah ke masyarakat untuk mematuhi dan tetap menjaga protokol kesehatan, sepertinya ketahanan masyarakat semakin rendah terhadap pembatasan selama masa pandemi, sehingga memberikan kabar buruk terhadap penyebaran kasus Omicron.
Situasi ini didorong keadaan Indonesia yang sempat membaik dari November 2021 sampai Desember 2021.
Pelonggaran-pelonggaran yang sempat dirasakan masyarakat dan kegiatan yang mulai dapat kembali dilakukan seperti sebelum pandemi seperti memberikan tetesan air segar kepada orang haus.
Ditambah anggapan bahwa karateristik infeksi Omicron memiliki tingkat keparahan lebih rendah, psikologi masyarakat semakin menggebu-gebu untuk segera menganggap bahwa “pandemi Covid-19 ini sudah berakhir”.
Fenomena ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia. Inggris, Irlandia, Belanda, Finlandia, Norwegia, Italia, Prancis, Denmark, dan Swedia sudah melakukan pelonggaran pembatasan Covid-19, baik dari pemakaian masker ataupun kegiatan yang memungkinkan kerumunan.
Muncullah slogan hidup berdampingan dengan Covid-19. Akan tetapi, apakah risiko-risiko yang mungkin terjadi dari penyebaran varian Omicron ini sudah sepenuhnya dipertimbangkan?
Apakah kita tidak terlalu menyepelekan gejala-gejala ringan yang ditimbulkan dari varian ini?
Indikator penyebaran suatu penyakit biasanya paling tidak dilihat dari tiga parameter.
Pertama, angka reproduksi (R0). Kedua, Case Fatality Rate (CFR) yang merupakan persentase orang meninggal karena infeksi terhadap total infeksi terjadi. Ketiga, periode terjadinya penyebaran.
Sebelum melihat tiga indikator tersebut, mari kita amati Gambar 1.2, yang merepresentasikan informasi kasus meninggal di gelombang ketiga di Indonesia.
Sebanyak 68 persen dari total 1.090 kematian yang disebabkan Omicron adalah kelompok yang belum tervaksinasi.
Saat ini di Indonesia, target vaksinasi pertama telah tercapai 90 persen dan vaksinasi lengkap telah tercapai sekitar 66 persen.
Nampak pada Gambar 1.2, hampir setengah kematian terjadi pada lansia.
Adalah menarik untuk menyoroti bahwa 3 persen dari yang meninggal adalah balita. Sebagaimana kita ketahui, kelompok balita ini belum divaksin.
Data-data ini selaras himbauan agar kelompok lansia, pemilik komorbid dan orang yang belum divaksin waspada terhadap penularan Omicron.
Maka, dengan melihat informasi penyebaran varian Omicron di Gambar 1.1 dan Gambar 1.2, adalah ceroboh jika kita menyepelekan varian ini.
Terlebih lagi, dengan tingkat transmisi penyakit yang tinggi dan adanya kelompok umur baru yang rentan terhadap penyakit ini, yaitu anak-anak di bawah 5 tahun.