Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Analisa Data Science Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia: Mild or Wild?

Kompas.com - 18/02/2022, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Di tengah-tengah banyaknya anjuran tenaga kesehatan dan pemerintah ke masyarakat untuk mematuhi dan tetap menjaga protokol kesehatan, sepertinya ketahanan masyarakat semakin rendah terhadap pembatasan selama masa pandemi, sehingga memberikan kabar buruk terhadap penyebaran kasus Omicron.

Situasi ini didorong keadaan Indonesia yang sempat membaik dari November 2021 sampai Desember 2021.

Pelonggaran-pelonggaran yang sempat dirasakan masyarakat dan kegiatan yang mulai dapat kembali dilakukan seperti sebelum pandemi seperti memberikan tetesan air segar kepada orang haus.

Ditambah anggapan bahwa karateristik infeksi Omicron memiliki tingkat keparahan lebih rendah, psikologi masyarakat semakin menggebu-gebu untuk segera menganggap bahwa “pandemi Covid-19 ini sudah berakhir”.

Fenomena ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia. Inggris, Irlandia, Belanda, Finlandia, Norwegia, Italia, Prancis, Denmark, dan Swedia sudah melakukan pelonggaran pembatasan Covid-19, baik dari pemakaian masker ataupun kegiatan yang memungkinkan kerumunan.

Muncullah slogan hidup berdampingan dengan Covid-19. Akan tetapi, apakah risiko-risiko yang mungkin terjadi dari penyebaran varian Omicron ini sudah sepenuhnya dipertimbangkan?

Apakah kita tidak terlalu menyepelekan gejala-gejala ringan yang ditimbulkan dari varian ini?

Indikator penyebaran suatu penyakit biasanya paling tidak dilihat dari tiga parameter.

Pertama, angka reproduksi (R0). Kedua, Case Fatality Rate (CFR) yang merupakan persentase orang meninggal karena infeksi terhadap total infeksi terjadi. Ketiga, periode terjadinya penyebaran.

Sebelum melihat tiga indikator tersebut, mari kita amati Gambar 1.2, yang merepresentasikan informasi kasus meninggal di gelombang ketiga di Indonesia.

Sebanyak 68 persen dari total 1.090 kematian yang disebabkan Omicron adalah kelompok yang belum tervaksinasi.

Saat ini di Indonesia, target vaksinasi pertama telah tercapai 90 persen dan vaksinasi lengkap telah tercapai sekitar 66 persen.

Nampak pada Gambar 1.2, hampir setengah kematian terjadi pada lansia.

Adalah menarik untuk menyoroti bahwa 3 persen dari yang meninggal adalah balita. Sebagaimana kita ketahui, kelompok balita ini belum divaksin.

Data-data ini selaras himbauan agar kelompok lansia, pemilik komorbid dan orang yang belum divaksin waspada terhadap penularan Omicron.

Maka, dengan melihat informasi penyebaran varian Omicron di Gambar 1.1 dan Gambar 1.2, adalah ceroboh jika kita menyepelekan varian ini.

Terlebih lagi, dengan tingkat transmisi penyakit yang tinggi dan adanya kelompok umur baru yang rentan terhadap penyakit ini, yaitu anak-anak di bawah 5 tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com