Banyak penganut teori chemtrail menilai zat kimia dilepaskan untuk tujuan buruk. Bahkan ada anggapan chemtrail dilakukan sebagai sarana pelepasan senjata biologis.
"Sampai saat ini tidak ada teori tegas akan chemtrail, namun secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna," ungkap Ismanto.
Ia mengakui memang banyak narasi mengenai chemtrail yang digunakan sebagai senjata, khususnya narasi-narasi di luar negeri. Ismanto mengatakan, BMKG tak pernah menemukan adanya bukti terkait teori soal chemtrail.
"Tidak terbukti. Jadi memang sangat lemah (keakuratan informasi soal chemtrail). Baik dari penelitian, referensi, itu lemah sekali bahwa ada bahan kimia yang disebar begitu," sebutnya.
Baca juga: Ramai Video Sebut Chemtrail Sebar Bahan Kimia dari Pesawat, Ini Faktanya
Ismanto pun bisa memastikan, bahwa tak pernah ada chemtrail di Indonesia.
"Dari diskusi dan penelitian, memang belum ditemukan. Dari kami tidak menemukan itu (chemtrail untuk senjata). Tidak terbukti," tegasnya.
Menurut Ismanto, memang ada bentuk kegiatan pelepasan zat kimia dari udara. Namun itu dilakukan untuk misi TMC (teknologi modifikasi cuaca) dengan cara menyebarkan garam ke awann untuk memunculkan hujan.
TMC biasa dilakukan untuk memadamkan kebakaran di suatu area. Misi penyemaian garam ini sering dijadikan sebagai salah satu solusi saat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Baca juga: Mitos Nyai Roro Kidul Bawa Korban ke Laut di Balik Ombak Alun Serot
Ada juga yang menerapkan misi TMC untuk membantu daerah kering agar hujan turun.
"Pada era modern sekarang ini pelepasan bahan kimia sering juga dilakukan untuk memadamkan kebakaran ataupun penyemaian awan (cloud seeding)," terang Ismanto.
Ismanto menilai isu soal chemtrail dibuat hanya untuk membuat keramaian saja.
"Saya termasuk yang tidak mendukung informasi itu (teori chemtrail), dari sisi meteorologis. Itu hanya menghubung-hubungkan saja," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.