Nurcholish Madjid menunjukkan sisi modernisnya sebagai seorang pemikir Islam. Dia menyatakan bahwa nostalgia atau orientasi dan kerinduan pada masa lampau yang berlebihan harus digeser dengan pandangan yang mengarah pada masa depan.
Karena itu dibutuhkan proses liberalisasi.
Dalam tulisan ini, berkali-kali Nurcholish dengan sengaja memilih diksi “liberal” untuk mendorong munculnya gerakan pembaruan di dunia Islam.
Dia menegaskan tentang pentingnya kebebasan individu yang di dalamnya terdapat kebebasan menyatakan pendapat.
Kebebasan menyatakan pendapat ini, munurut dia, adalah unsur terpenting dalam kebebasan perseorangan atau individu.
Secara eksplisit, Nurcholish menyatakan tentang pentingnya suatu kelompok pembaruan dalam Islam yang liberal.
Dia melihat terjadinya pergeseran orientasi kelompok-kelompok Islam yang sebelumnya dikenal sebagai pembaru seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad dan Persis.
Organisasi-oragnisasi Islam yang pada mulanya muncul sebagai organisasi pembaru perlahan-lahan berubah dan tidak memiliki daya untuk menangkap semangat pembaruan itu sendiri.
Sebaliknya, organisasi-organisasi yang sebelumnya kontra reformasi seperti NU, Al Wasliah, dan PUI juga belum mampu menerima ide-ide pembaruan sebagai pandangan prinsipal dalam organisasi mereka.
Berhadapan dengan situasi ini, Nurcholish berharap munculnya suatu kelompok pembaruan Islam baru yang liberal.
Kelompok ini diharapkan muncul sebagai gerakan non-tradisionalis dan non-sektarian.
Non-tradisionalisme adalah paham yang melawan sikap “kami mendapatkan bapak-bapak kami berjalan di atas suatu kata, nilai, dan di atas warisan-warisan mereka itulah kamu mendapatkan petunjuk.”
Sementara non-sektarianisme adalah bentuk perlawanan pada sikap “setiap golongan bangga dengan apa yang ada padanya.”
Konsisten dengan pandangannya mengenai kebenaran insaniyah yang relatif dan karenanya membutuhkan koreksi terus-menerus, Nurcholish juga menyatakan bahwa pembaruan keagamaan juga seharusnya menjadi tindakan dan sikap yang tidak boleh berhenti.
Nurcholish menyatakan “ijtihad atau pembaruan haruslah merupakan proses terus-menerus dari pemikiran yang orisinal, berlandaskan penilaian atas gejala-gejala sosial dan sejarah, yang sewaktu-waktu harus ditinjau kembali benar salahnya.”
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Doktrin Tauhid sebagai Fondasi Pembaruan Nurcholish Madjid
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.