Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Saidiman Ahmad
Peneliti Politik dan Kebijakan Publik

Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting; Alumnus Crawford School of Public Policy, Australian National University.

Daya Tonjok Pembaruan Nurcholish Madjid

Kompas.com - 06/02/2022, 14:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HIMPUNAN Mahasiswa Islam (HMI), di mana Nurcholish Madjid aktif di dalamnya, adalah organisasi yang melahirkan banyak intelektual Islam baru yang menyoroti cara pandang kelompok modernis tentang hubungan negara dan agama.

Baca artikel sebelumnya: HMI dan Modernisasi Nurcholish Madjid

Kelompok intelektual baru yang dilahirkan HMI ini antara lain adalah mereka yang terkumpul dalam kelompok studi mahasiswa Limited Group di Yogyakarta yang terdiri dari M. Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, Kuntowidjoyo, dan lain-lain.

Sementara dari HMI Jakarta muncul nama Nurcholish.

M. Dawam Rahardjo, misalnya, menyatakan bahwa walaupun Islam memiliki ajaran-ajaran terkait persoalan sosial-politik, dia pada dirinya bukan sebuah ideologi.

Karena itu, menurut Dawam, apa yang disebut sebagai ideologi Islam tidak pernah ada.

Demikian pula dengan Djohan Effendi, aktivis HMI yang lain, dalam pelbagai kesempatan juga menyatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mempromosikan suatu sistem politik negara Islam.

Pandangan aktivis muda HMI tahun 1960-an yang datang dari Yogyakarta ini, menurut Bahtiar Effendi (Islam dan Negara, 2009), bisa disimplifikasi dalam empat isu utama.

Pertama, mereka percaya bahwa tidak ada bukti yang kuat dari dua sumber ajaran Islam, Quran dan sunnah, yang secara tegas memerintahkan umat Islam untuk mendirikan negara Islam.

Kedua, mereka menerima pandangan bahwa Islam memberi seperangkat prinsip sosial-politik.

Ketiga, Islam dipahami sebagai agama yang universal dan kekal. Karena itu, Islam tidak bisa direduksi ke dalam pemahaman formal dan legalnya saja.

Ia harus mendorong suatu sikap dan pemahaman yang lebih luas.

Keempat, mereka sangat dan tetap percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui kebenaran mutlak.

Karena itu tidak boleh ada individu atau kelompok masyarakat yang bisa mengambil peran otoritas itu.

Gerakan pembaruan yang sudah dimulai dari para aktivis HMI Yogyakarta itu kemudian menjadi lebih luas oleh prakarsa Nurcholish Madjid di Jakarta.

Posisi Cak Nur sebagai ketua umum HMI dua periode (1966-1969 dan 1969-1971) membuat gerakan pembaruan memiliki fondasi dan gerbong, terutama di kalangan mahasiswa Islam, yang cukup kokoh.

HMI adalah organisasi massa mahasiswa terbesar di Indonesia. Ajaran-ajaran Cak Nur, terutama yang tertuang dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) menjadi materi pengkaderan utama yang dilakukan oleh HMI sampai sekarang.

Pidato 1970

Moment terpenting yang menandai gerakan pembaruan Islam Nurcholish Madjid terjadi pada tanggal 3 Januari 1970.

Pada acara silaturahmi empat organisasi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Persatuan Sarjana Muslim Indonesia (Persami) di Gedung Pertemuan Islamic Research Centre, Jakarta, Nurcholish Madjid menyampaikan pidato berjudul “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com