Penutupan 90 Sekolah di Jakarta karena Kasus Omicron, KSP: Jangan Panik Berlebih

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo meminta masyarakat untuk menyikapi penutupan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen 90 sekolah di Jakarta dengan bijak.

Masyarakat pun diminta tidak panik secara berlebihan.

"Waspada harus proporsional, jangan panik berlebih. Kita ribut dengan penutupan 90 sekolah, padahal di Jakarta ada 6.421 sekolah," ujar Abraham dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (28/1/2022).

Baca juga: Kasus Omicron Merangkak Naik, Kebijakan Pembatasan Mobilitas Masyarakat Disorot

Dia menjelaskan, sesuai dengan data yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta, sebanyak 90 sekolah ditutup setelah ditemukan kasus Covid-19 pada siswa, guru, dan tenaga kependidikan.

Sekolah yang ditutup terdiri dari jenjang TK sampai SMA itu, tersebar di 5 wilayah kota Jakarta. Yakni Jakarta Barat 9 sekolah, Jakarta Pusat 5 sekolah, Jakarta Selatan 31 sekolah, Jakarta Timur 42 sekolah, dan Jakarta Utara 3 sekolah.

Abraham kembali menegaskan soal kebijakan pemerintah terkait PTM yang mengacu pada SKB 4 Menteri.

Baca juga: Temuan Kasus Omicron dari Transmisi Lokal di Karawang, Sekda: Jangan Panik

Di mana jumlah kehadiran siswa dalam PTM ditentukan dari level PPKM tiap daerah, sehingga bukan satu kebijakan untuk seluruh wilayah Indonesia.

"Jika angka kasus di Jakarta semakin naik dan level PPKM jadi level 3, maka otomatis PTM dibatasi maksimal 50 persen. Tapi jika level PPKM kembali membaik maka PTM dinaikan lagi hingga 100 persen. Ini diatur dalam SKB 4 Menteri," tegasnya.

Baca juga: 57 Siswa Terpapar Covid-19 di Jaksel, 22 Sekolah Ditutup Sementara

Abraham juga menyampaikan hasil verifikasi lapangannya soal dampak pembelajaran jarak jauh terhadap kualitas belajar anak atau peserta didik saat pandemi Covid-19.

Menurut kajian Kemendikbud-Ristek dan Kemenag, hanya 15 persen anak SD kelas 1 yang nilainya sesuai standar.

"Bahkan Hasil verlap KSP malah menemukan 50 persen anak SD kelas 1 belum bisa baca tulis," ungkapnya.

"Bagaimanapun juga belajar tatap muka itu lebih baik dan perlu terutama pada tingkat dasar.