JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang Omicron di Indonesia tak terhindarkan. Dari hari ke hari, RI terus mencatatkan penambahan kasus baru varian asal Afrika itu.
Per 15 Januari 2022, total ada 748 kasus Omicron. Sebelumnya, mengacu data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 12 Januari 2022, terdapat 572 kasus Omicron di Tanah Air.
Kasus ini masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang baru tiba di Indonesia.
Dari 748 kasus, 569 di antaranya merupakan PPLN. Sementara, 155 sisanya adalah transmisi lokal.
Baca juga: Omicron Meningkat, Pemerintah Larang Pejabat ke Luar Negeri Selama 3 Pekan
Di samping itu, saat ini terdapat 1.800 kasus probable Omicron yang masih terus diteliti.
Kenaikan Omicron sejalan dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia, baik kasus harian maupun kasus aktif virus corona.
Catatan ini menjadi alarm keras bagi seluruh masyarakat Tanah Air untuk waspada dan kembali meningkatkan kedisiplinan.
Setelah menunjukkan penurunan selama 3 bulan terakhir, dalam seminggu ini penambahan kasus Covid-19 harian kembali mendekati angka 1.000.
Pada 16 Januari misalnya, bertambah 855 kasus Covid-19 dalam sehari. Bahkan, sehari sebelumnya atau 15 Januari, bertambah 1.054 kasus dalam 24 jam.
Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 13 Oktober 2021. Saat itu Indonesia melaporkan 1.233 kasus positif harian.
Baca juga: Omicron Melonjak, Luhut: Bekerja di Kantor Tak Perlu 100 Persen
Merujuk data terakhir, total kasus Covid-19 di Indonesia dihitung sejak awal pandemi 2 Maret 2020 mencapai 4.271.649 kasus.
Sementara, kasus aktif virus corona per 16 Januari mencapai 8.605 kasus. Angka ini terus menunjukkan kenaikan.
Dibandingkan data 1 Januari 2022 misalnya, jumlahnya naik 2 kali lipat. Saat itu, tercatat ada 4.399 kasus aktif Covid-19 di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa Jakarta bakal menjadi "medan perang" pertama Indonesia melawan varian Omicron.
"Sekitar 90 persen transmisi lokal (varian Omicron) terjadi di Jakarta," kata Budi dalam konferensi pers daring, Minggu (16/1/2022).
"Kita harus persiapkan khusus DKI Jakarta sebagai medan perang pertama menghadapi Omicron dan harus kita pastikan kita menang," lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, kasus Omicron paling banyak ditemui di DKI. Dari total 748 kasus Omicron per 15 Januari 2022, 725 di antaranya berasal dari DKI.
Baca juga: Hadapi Omicron, Menkes Percepat Vaksinasi Booster di Jabodetabek
Budi pun memprediksi, kasus Omicron akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan.
"Indonesia pertama kali kita teridentifikasi (Omicron) pertengahan Desember, tapi kasus kita mulai naik awal Januari. Nah, antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan cukup cepat dan tinggi," kata dia.
Sejalan dengan Budi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan memprediksi, puncak gelombang Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.
Hal tersebut, kata Luhut, berkaca pada penularan varian ini yang terjadi di sejumlah wilayah di negara lain seperti Afrika Selatan.
“Beberapa yang kami amati, berangkat seperti kasus covid di Afsel, puncak gelombang omicron ini berada di pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” kata Luhut dalam konferensi pers evaluasi PPKM, Minggu (16/1/2022).
Merespons situasi ini, pemerintah mewanti-wanti masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Menteri Luhut mengimbau perusahaan untuk menerapkan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) selama dua minggu ke depan.
"Tapi kami mengimbau kalau di kantor tidak perlu 100 persen, ya tidak perlu 100 persen yang hadir. Jadi diatur saja, lihat situasinya apakah dibikin 75 persen untuk dua minggu ke depan," kata Luhut.
Selain WFH, dia juga mengimbau agar warga tidak pergi liburan ke luar negeri kecuali untuk urusan penting.
Imbauan ini berlaku tak terkecuali untuk pegawai pemerintahan yang sudah dilarang tidak melakukan perjalanan ke luar negeri selama 3 minggu ke depan.
Bersamaan dengan itu, kata Luhut, pemerintah akan kembali memperketat persyaratan masuk ke tempat publik. Hanya warga yang sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap yang diizinkan beraktivitas ke tempat publik.
"Tidak ada salahnya kita mulai membatasi dan menahan mobilitas ke luar rumah serta aktivitas berkumpul yang tidak perlu. Kalau tidak perlu kumpul-kumpul, tidak usah kita kumpul," bebernya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Varian Omicron di DKI Terus Naik, Kini Ada 725 Kasus
Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga meminta warga menunda perjalanan ke luar negeri. Menurut Ma'ruf, penularan kasus Covid-19 varian Omicron berbahaya.
"Disarankan untuk tidak pergi ke luar negeri saat ini. Karena sangat berbahaya," kata Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi, dalam keterangan pers secara daring, Minggu (16/1/12022).
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman pun mengingatkan masyarakat Indonesia untuk berhati-hati.
Dia mempresiksi, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 60.000 kasus pada Februari 2022 akibat varian Omicron.
Jumlah itu, menurut Dicky, merupakan angka minimum dan masih bisa bertambah.
"Angka itu (60.000 kasus di Februari) sebenarnya angka minimum. Kalau bicara Omicron angka (penularannya) besar, yang terinfeksinya. Tapi mayoritas tak bergejala," ujar Dicky ketika dihubungi, Jumat (14/1/2022).
Baca juga: Antisipasi Puncak Kasus Omicron, Wapres Minta Warga Tidak Pergi ke Luar Negeri Dulu
Dengan jumlah populasi penduduk yang besar, kata dia, Indonesia harus melakukan langkah-langkah yang lebih intensif untuk menekan angka penularan varian Omicron.
Pasalnya, masih banyak penduduk yang belum divaksin serta ada risiko antibodi yang menurun bagi penduduk yang telah melakukan vaksin hingga dosis kedua.
Langkah utama yang perlu dilakukan pemerintah adalah mencegah agar tidak banyak pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit.
Hal itu diupayakan melalui peningkatan vaksinasi, dan tetap menjalankan 3T (testing, tracing, treatment), serta disiplin protokol kesehatan.
"Vaksin dua dosis jangan dilupakan. Tapi bukan hanya vaksin, vaksin saja tidak akan menyelesaikan gelombang, tetapi harus menemukan kasus, tracing, testing, dan isolasi," kata Dicky.
"Selain itu masyarakat juga harus mematuhi 5M dan yang masih penting PPKM itu di level 2 atau di level 3 harus dijaga," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.