“Dari sudut pandang regulator memungkinkan pengembangan teknologi telekomunikasi masa depan, termasuk 6G dan komunikasi kuantum, tidak hanya membutuhkan pengembangan infrastruktur digital yang agresif, tetapi juga upaya digital transformatif untuk seluruh ekosistem,” ujarnya.
Terlebih, mengutip laporan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO), transformasi digital telah memunculkan tiga tren perubahan dalam sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Tiga tren tersebut, yakni sentralitas konektivitas dalam kehidupan publik, meningkatnya kesenjangan digital akibat pandemi, dan pergeseran dari network expansion ke network densification.
“Inovasi dalam teknologi telekomunikasi 5G dan seterusnya akan memungkinkan penggunaan praktis teknologi dalam aktivitas manusia sehari-hari pada masa depan,” jelasnya.
Aplikasi, lanjut Johnny, di masa depan teknologi telekomunikasi mencakup dunia fisik-siber yang sepenuhnya menyatu, realitas campuran, teknologi digital untuk manufaktur, sustainable supply chain, dan robot konsumen.
Baca juga: Manfaatkan Momentum Presidensi G20, Menkominfo Ajak Pelaku Industri e-Health Kolaborasi
Guna mewujudkan potensi teknologi digital, dia menyatakan, penting untuk membangun kolaborasi pentaheliks yang komprehensif dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan media.
“Di tengah pandemi Covid-19, transformasi digital telah menjadi isu global yang membutuhkan kolaborasi internasional untuk mengatasinya,” katanya.
Politisi Nasdem itu juga mengatakan, Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” dengan tiga agenda prioritas, yaitu Global Health Architecture, Transformasi Ekonomi Digital, dan Transisi Energi.
“Khusus dalam G20 Digital Economy Working Group (DEWG), Indonesia di bawah Kemenkominfo mengupayakan kerja sama dalam pembahasan tiga isu prioritas, yaitu Konektivitas dan Pemulihan Pasca-Covid-19, Keterampilan Digital dan Literasi Digital, dan Cross Border Data Flow and Data Free Flow with Trust,” jelasnya.
Lebih lanjut, Johnny mengatakan, kemajuan teknologi telekomunikasi di era data-driven ini terus melaju pesat karena aktivitas komunikasi sehari-hari saat ini lebih terhubung secara digital.
Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Menkominfo Johnny Ajak Masyarakat Jadi Pejuang di Era Digital
Menurutnya, hal itu tercermin dari peningkatan trafik internet global sebesar 30 persen sejak awal pandemi Covid-19 serta peningkatan investasi sektor telekomunikasi dan lalu lintas data.
“Dari data International Telecommunication Union, terdapat peralihan trafik akses perusahaan ke residensial dan dari mobile broadband ke fixed broadband atau Wi-Fi,” sebutnya.
Pertumbuhan tahunan gabungan investasi telekomunikasi atau modal TIK di negara maju juga meningkat dari 0,5 persen pada 2010-2019 menjadi 1,8 persen pada 2019-2020 untuk mengakomodasi peningkatan lalu lintas dan penyebaran infrastruktur 5G dan serat optik.
Untuk kawasan Asia Tenggara, mengutip laporan Google, Temasek dan Bain (2021), Johnny menyebutkan, saat ini negara di kawasan itu telah memasuki "Dekade Digital".
“Dengan 400 juta pengguna internet di kawasan ini, prospek memiliki multiplier effect di sektor digital sangat besar,” katanya.
Baca juga: Ekonomi Digital Tiap Daerah Tidak Merata, Ini Sebabnya