Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Berharap Sherlock Holmes Mengungkap Kasus-kasus yang Tak Terpecahkan Polisi Indonesia

Kompas.com - 31/10/2021, 20:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak lama, polisi menetapkan Muhammad Siradjudin alias Pak De sebagai pelaku tunggal pembunuhan. Sebagai mantan tentara, Pak De dianggap terlibat kasus penggandaan uang dengan mendiang Ditje.

Dalam persidangan, Pak De selalu membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Ditje. Cerita dari dosen saya, Handoko Tjondroputranto, ada kejanggalan posisi penembakan di kepala Ditje.

Arah balistik penembakan datang dari kaca samping pengemudi atau sebelah kanan. Sementara, dalam rekonstruksi, posisi Pak De diskenariokan berada di samping kiri Ditje yang mengemudi.

Dengan segala sudut arah peluru, tidak mungkin Pak De di posisi samping Ditje bisa menembak dari arah kanan Ditje.

Pak De selalu membantah berita acara pemeriksaan di persidangan karena dirinya terpaksa mau menerima cerita yang dikarang polisi agar tidak disiksa. Pak De sebelumnya juga dikaitkan dengan pembunuhan Endang Sukitri di Depok, yang juga terlihat dipaksakan.

Vonis seumur hidup yang diterima Pak De karena membunuh Ditje akhirnya berbuah pembebasan dirinya di masa pemerintahan BJ Habibie. Peninjauan kembali yang diajukan Pak De dilakukannya karena dirinya merasa bukan sebagai pelaku pembunuhan Ditje.

Konon pengungkapan kasus Ditje memang sengaja “dipermainkan” karena terkait dengan keterlibatan mantan petinggi militer dan keluarga elite penguasa yang terlibat cinta “segi empat” dengan peragawati Ditje Budiarsih.

Pembunuhan wartawan Udin 

Kasus pembunuhan wartawan Harian Bernas dari Yogya Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin yang kebetulan saya aktif meliput kasus di Yogyakarta dan Jakarta, terlihat sekali polisi memaksakan pelakunya “abal-abal”.

Udin terbunuh usai intensif memberitakan suksesi bupati Bantul yang sarat dengan rekayasa. Udin dianiaya orang suruhan hingga tidak sadarkan diri di tanggal 13 Agustus 1996.

Baca juga: Dewan Pertimbangan Presiden Rekomendasikan Kasus Udin Bernas Dibuka Lagi

Setelah dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, akhirnya nyawa Udin tidak tertolong. Kematian Udin tidak terlepas dengan berita-berita yang ditulisnya mengenai salah satu calon bupati yang masih menjadi petahana Kolonel TNI Sri Roso Sudarmo.

Aneka penyimpangan bupati petahana yang ditulis Udin memantik ketidaksukaan, di antaranya soal kabar kesediaan Sri Roso Sudarmo yang akan ”menyetor” Rp 1 miliar kepada yayasan milik Presiden Soeharto (Tirto.id, 16 Agustus 2021).

Kasus pembunuhan Udin sempat tersendat karena polisi tidak maksimal dalam mengusut tuntas kasus. Desakan aktivis dan maraknya pemberitaan mengenai kejanggalan pembunuhan Udin membuat polisi akhirnya menjadikan Dwi Sumaji alias Iwik sebagai pelaku tunggal pembunuhan Udin.

Uniknya selama persidangan Iwik selalu membantah berita acara pemeriksaan yang dibuat polisi karena dia akui selama pemeriksaan dibuat mabuk dan ancaman dari penyidik Polres Bantul.

November 1997, Iwik dibebaskan dari tuduhan sebagai pelaku pembunuhan. Penyidik yang merekayasa kasus Udin hanya dihukum mutasi ke Mabes Polri dan hingga sekarang siapa pembunuh Udin masih menjadi misteri yang tidak terpecahkan.

Pembunuhan aktivis buruh Marsinah

Kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang lantang menyuarakan ketidakadilan dalam upah buruh di tempatnya bekerja di PT Catur Putera Surya, Porong, Jawa Timur juga masih menyisahkan akhir kisah yang “buram”.

Marsinah yang membela rekan-rekan kerjanya dipecat oleh Kodim Sidoarjo, malah bukan dari perusahaan tempat mereka bekerja sebagai bentuk kesewenang-wenangan.

Baca juga: Mengenang Marsinah, Simbol Perjuangan Kaum Buruh yang Tewas Dibunuh

Pada 8 Mei 1993, Marsinah ditemukan terbunuh dengan luka menjalar dari lubang kemaluan hingga rongga perut di pematang sawah di Desa Jagong, Nganjuk, Jawa Timur.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) 1995, aparat intel Kodam Brawijaya memaksakan dua satpam dan tujuh pimpinan PT Catur Putera Surya sebagai pelaku pembunuhan terhadap Marsinah.

Aksi penyiksaan yang dilakukan tentara tersebut sungguh di luar batas kemanusian dan semua tersangka dilimpahkan ke Polda Jawa Timur.

Pakar forensik kedokteran UI, Abdul Mun’im Idris, yang dilibatkan sebagai saki ahli menyebut barang bukti yang dihadirkan di persidangan Marsinah sangat janggal dan dipaksakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com