JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail, seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia.
Selain Usmar Ismail, Jokowi akan memberikan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh lainnya, yakni Tombolotutu, pejuang asal Sulawesi Tengah; Sultan Aji Muhammad Idris, pejuang asal Kalimantan Tengah; dan Raden Aria Wangsakara, pejuang sekaligus pendiri wilayah Tangerang.
"Bapak Presiden telah mengeluarkan keputusan untuk memberi gelar pahlawan kepada empat pejuang yang menginspirasi untuk membangun Indonesia yang merdeka dan berdaulat," ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, dalam konferensi pers dikutip dari kanal YouTube Kemenko Polhukam, Kamis (28/10/2021).
Baca juga: Jokowi Bakal Anugerahkan Gelar Pahlawan ke 4 Tokoh: Usmar Ismail hingga Raden Aria Wangsakara
Gelar pahlawan akan diberikan Jokowi tepat pada saat perayaan Hari Pahlawan, 10 November 2021 di Istana Bogor.
Gelar pahlawan secara simbolis akan diserahkan kepada keluarga para tokoh.
Bapak perfilman Indonesia
Usmar Ismail merupakan pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921. Ia dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia karena karya-karyanya yang apik.
Sepanjang kariernya, Usmar Ismail telah membuat lebih dari 30 film.
Beberapa film produksi Usmar Ismail yang terkenal yakni Pedjuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956), Tiga Dara (1956), dan Asrama Dara (1958).
Tak hanya itu, film arahan Usmar Ismail berjudul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) yang diproduksi 1950 menjadi film pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.
Baca juga: Jokowi Bakal Anugerahkan Gelar Pahlawan ke 4 Tokoh: Usmar Ismail hingga Raden Aria Wangsakara
Hari pertama syuting film tersebut kemudian diresmikan menjadi Hari Film Nasional oleh Presiden ke-3 BJ Habibie bersama Dewan Film Nasional.
Sebelum berkarier di dunia perfilman, Usmar Ismail lebih dulu terjun di dunia sastra, khususnya di seni drama.
Dikutip dari situs resmi Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa Kemendikbud, pada 1943, Usmar Ismail bersama kakaknya, El Hakim, dan juga temannya yakni Rosihan Anwar, mendirikan kelompok drama yang diberi nama Maya.
Adapun Maya mementaskan berbagai drama dengan teknik teater barat. Dari situlah lahir format teater modern di Indonesia.
Selanjutnya, Usmar Ismail memulai kariernya di dunia film sebagai asisten sutradara dalam film Gadis Desa.
Baca juga: Bertemu Jokowi, Komite FFI Dukung Pengusulan Usmar Ismail Jadi Pahlawan Nasional
Kiprahnya di dunia film terus berlanjut dengan menyutradarai film Harta Karun hingga Citra.
Untuk mengenang jasa Usmar Ismail, pemerintah mengabadikan sebuah gedung perfilman yang diberi nama Pusat Perfilman Usmar Ismail di Kuningan, Jakarta Selatan.
Usmar Ismail mengembuskan napas terakhirnya pada 2 Januari 1971 karena sakit yag dideritanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.