Kemudian, pada Selasa (16/2/2021), Janssen mengajukan izin penggunaan darurat dosis tunggal vaksin ke European Medicines Agency (EMA).
Berlanjut pada Jumat (19 /2/2021), Janssen telah mengajukan Emergency Use Listing (EUL) kepada World Health Organization (WHO) terhadap vaksin dosis tunggalnya.
Data Janssen yang diajukan untuk WHO merupakan data efikasi dan keamanan hasil uji klinis tahap III atau ensemble.
Baca juga: Menlu RI Minta Semua Vaksin Covid-19 yang Mendapat Izin WHO Harus Diakui secara Setara
Semakin menemui titik terang, pada Sabtu (27/2/2021), vaksin Covid-19 Janssen dosis tunggal mendapat otorisasi penggunaannya oleh FDA. Vaksin ini merupakan vaksin dosis tunggal pertama dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Pada Senin (1/3/2021), vaksin dosis tunggal buatan Janssen mulai didistribusikan ke AS melalui mitra resmi pemerintah negara paman Sam dalam distribusi vaksin Covid-19, yaitu McKesson Corp.
Pemberian izin edar vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson pun semakin terbuka lebar dengan persetujuan dari European Medicines Agency (EMA) pada Kamis (11/3/2021).
Baca juga: EMA: 2 Dosis dari 4 Vaksin Covid-19 di Eropa Bisa Lindungi Diri dari Varian Delta
Menyusul pemberian otorisasi serupa dari EMA, pada Jumat (12/3/2021), WHO memberikan persetujuan penggunaan darurat vaksin buatan Janssen, yaitu Ad26.COV2.S.
Vaksin Ad26.COV2.S merupakan vaksin dengan dosis tunggal pertama yang disetujui WHO.
Setelah persetujuan dari badan kesehatan dunia, pada Jumat (2/4/2021), Johnson & Johnson memperluas uji klinis tahap II menuju IIA untuk usia 12-17 tahun. Vaksin ini diuji coba dengan pemberian dua dosis.
Baca juga: Dua Dosis Vaksin Covid-19 Mengurangi Setengah Risiko Long Covid
Sebagai data studi lanjutan, pada Kamis (1/7/2021), Johnson & Johnson mengklaim bahwa vaksin Covid-19 buatannya mampu memicu antibodi penetral yang kuat dalam melawan varian Delta.
Seiring dengan klaim tersebut, pada Kamis (29/7/2021), pihak FDA memperpanjang informasi masa simpan vaksin Johnson & Johnson menjadi enam bulan.
Keputusan FDA tersebut berdasarkan data kajian stabilitas vaksin buatan Johnson & Johnson masih tetap stabil disimpan selama enam bulan pada mesin pendingin bersuhu 2 hingga 8 derajat Celcius.
Dalam hal efikasi, berdasarkan data interim studi klinik fase tiga pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi, vaksin Janssen diklaim mampu mencegah semua gejala Covid-19 atau any symptom sebesar 67,2 persen.
Baca juga: Sempat Batal Ikuti Vaksinasi karena NIK Ganda, Revanka Akhirnya Disuntik Vaksin Covid-19
Sementara itu, dalam hal efikasi untuk mencegah gejala Covid-19 sedang hingga berat atau moderate to severe or critical pada subyek di atas 18 tahun diklaim sebesar 66,1 persen.
Reaksi lokal maupun sistemik dari pemberian vaksin Janssen Covid-19 menunjukkan tingkat keparahan grade satu dan dua.
Terlepas dari efikasi vaksin Janssen, pemerintah Indonesia selalu mengimbau kepada masyarakat, baik yang telah divaksinasi agar tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 6M.
Baca juga: Menko PMK Ingatkan Masyarakat yang Miliki Komorbid Perketat Protokol Kesehatan
Aturan 6M yang dimaksud yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Tulisan ini telah tayang sebelumnya dengan judul "Perjalanan Vaksin Janssen sejak Awal Dikembangkan hingga Dapat Izin Penggunaan Darurat".
Penulis: Wahyuni Sahara | Editor: Wahyuni Sahara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.