Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasan Sadeli
Pemerhati Sejarah Maritim

Pemerhati Sejarah Maritim | Lulusan Magister Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.

 

Indonesia di Tengah Kawasan yang Tidak Pernah Teduh...

Kompas.com - 11/10/2021, 06:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hasrat Belanda dalam melakukan upaya perimbangan kekuatan agar meminimalisasi ketergantungan terhadap Inggris dan AS, dalam menghadapi ancaman dari luar menjadi sirna.

Satu hal yang menarik untuk dicermati ialah respons Amerika Serikat (AS) dan Inggris, yang justru bersikap dingin terhadap rencana Belanda tersebut.

Dalam pandangan Inggris, seluruh upaya yang tujuannya diarahan untuk memagari Hindia Belanda, haruslah ditempuh lewat pendekatan aliansi, bukan dengan melakukan modernisasi armada.

Baca juga: Hari ini dalam Sejarah: Belanda Serahkan Indonesia ke Jepang

AS dan Inggris Abaikan Ancaman

AS dan Inggris mengabaikan ancaman geopolitik yang nyata. Padahal para pakar geopolitik terkemuka sudah memberikan peringatan akan terjadinya perang besar yang mengancam kedudukan pasukan barat di Asia-Pasifik. Salah satunya sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli geopolitik Jerman Karl Haushofer.

Semua ramalan perang dan tanda-tanda meningkatnya ketegangan di kawasan Asia-Pasifik tampak luput dari pengawasan AS dan Inggris.

Ketiadaan aliansi yang kuat di kawasan itu kemudian memudahkan perluasan ekspansi Jepang. Pandangan realisme defensif yang mengarusutamakan perimbangan kekuatan di kawasan sebagai kunci menghindari malapetaka perang juga diabaikan.

Seandainya perimbangan kekuatan kawasan sudah tercipta saat itu, mungkin perang besar di Pasifik yang menelan banyak korban jiwa tidak terjadi.

Tetapi untuk menyimulasikan rekayasa semacam itu hanya akan menimbulkan masalah baru. Terutama bila dikaitkan dengan masa depan Indonesia yang saat itu berada dalam cengkeraman erat Belanda.

Di sisi lain, Vlootwet telah memberikan kita gambaran tentang betapa Belanda telah mengembangkan kepekaan dan berusaha bereaksi terhadap situasi geopolitik di Asia-Pasifik saat itu.

Vlootwet lahir dari analisis berbagai komisi yang sangat khawatir dengan kondisi pertahanan maritim Hindia Belanda yang lemah.

Kekhawatiran itu membuat Belanda secara estafet melakukan kajian bidang pertahanan sejak tahun 1906 sampai tahun 1923, padahal Jepang baru benar-benar mendarat di Hindia Belanda tahun 1942.

Indonesia Belajar dari Sejarah

Saya tidak sedang mengarahkan pembahasan pada analogi sejarah yang klise dengan memaksakan perbandingan mengenai kondisi geopolitik pada masa lalu dan relevansinya dengan situasi pertahanan maritim Indonesia kontemporer.

Yang ingin saya katakan ialah bahwa ada suatu pelajaran berharga tentang kesadaran mengenai sensibilitas, baik dalam menangkap pesan gejolak geopolitik maupun dalam telaah mengenai identitas pertahanan kita.

Hal ini dapat kita jadikan sebagai instrumen dalam menilai dan menyikapi situasi aktual yang tengah kita hadapi, dan mungkin merancang simulasi tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi potensi konflik yang mengancam di masa depan.

Ini menurut saya cukup penting, karena kita berada di tengah kawasan yang mempunyai iklim geopolitik yang cenderung bergolak, karenanya tidak banyak berubah.

Kondisi geopolitik di kawasan ini selalu dinamis, dan dianggap sebagai salah satu kawasan yang menjadi titik terpanas di dunia yang menyeret nama negara-negara besar di dalamnya.

Nama pasifik yang berarti teduh tidak merepresentasikan kenyataan yang sebenarnya. Kita hidup di tengah kawasan yang tidak benar-benar teduh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com