Dalangnya semakin kabur, tak terlihat, nyaris tanpa jejak.
Ada kasus lain yang auktor intelektualisnya gelap gulita: kerusuhan 21-22 Mei 2019 menjelang pengumuman hasil sidang Bawaslu atas Pilpres 2019.
Hasil penyelidikan polisi, ada sekelompok massa tak dikenal yang datang menjelang tengah malam dari stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, dalam jumlah banyak.
Massa ini kemudian menyebar ke Jalan Thamrin di depan Bawaslu, membuat rusuh. Pada dinihari mereka bergerak ke daerah Petamburan dan Slipi. Mereka merusak dan membakar. Ada mobil ambulans yang membawa orang dan batu.
Sejumlah pendemo tewas. Beberapa di antaranya diketahui tewas karena ditembak dari jarak dekat, sekitar belasan hingga 30 meter, lagi - lagi oleh orang tak dikenal.
”Korban Harun Al Rasyid ditembak dari jarak 30 meter dari sisi kanan. Sisi kanan itu ruko-ruko di dekat flyover Slipi,” ujar Direskrimum Polda Metro Jaya Suyudi Ario Seto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/7/2019).
Wakil Kepala Divisi Humas Polri kala itu, Brigjen Dedy Prasetyo, mengungkapkan temuan Polisi selanjutnya.
"Ada seseorang yang tingginya sekitar 175 sentimeter, kemudian rambut panjang, kurus. Dia menembak dengan tangan kiri. Ini yang sedang kami dalami. Ada saksinya," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/7/2019).
Siapa eksekutor tersebut? Tak jelas. Apalagi dalangnya. Sampai sekarang amblas.
Apakah kasus-kasus pembunuhan politik ini memiliki benang merah yang sama?
Setiap orang bisa berargumentasi. Tapi memang sulit untuk tidak mengaitkan kasus-kasus ini dengan kepentingan politik tertentu.
Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Mei 2019, hingga kasus Munir, dan semuanya kejadian yang dalangnya tak terungkap, semuanya hampir bisa dipastikan terkait politik yang terjadi saat itu.
Pelaku yang disidang? Hanya pelaku lapangan.
Dalangnya, gelap tak berjejak.
Sampai kapan keadilan datang? Tak ada yang bisa menjawabnya, kecuali 1 kepastian, tak akan ada yang bisa luput dari pengadilan Tuhan.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.