Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Jadi Tersangka KPK, Ini Deretan Kontroversi Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono

Kompas.com - 04/09/2021, 09:01 WIB
Wahyuni Sahara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Ia diduga terlibat dalam kasus dugaan korupsi terkait pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tahun 2017-2018.

Ia juga langsung ditahan oleh KPK di rutan KPK pada Kavling C1 untuk kepentingan penyidikan selama 20 hari ke depan. Penahanan itu terhitung sejak tanggal 3 hingga 22 September 2021.

Sebelum menjadi tersangka KPK, dalam beberapa bulan terakhir, Budhi sering menjadi perbincangan publik lantaran pernyataannya yang menimbulkan kontroversi. 

Baca juga: KPK Tetapkan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Tersangka

Namun, ternyata bukan hanya dalam beberapa waktu terakhir Budhi menjadi kontroversi.

Jauh sebelum ini, Budhi juga pernah melakukan tindakan yang akhirnya menyita perhatian banyak pihak. Apa saja? 

Sebut Luhut Menteri Penjahit

Pada akhir Agustus 2021, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono pernah menyebut Menteri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan InvestasiLuhut Binsar Pandjaitan sebagai Menteri Penjahit.

Hal itu disampaikan Budhi saat wawancara doorstop dalam sebuah acara. Potongan video wawancara itu pun viral di media sosial. Dalam video berdurasi 1 menit 26 detik tersebut, Budhi sedang menjelaskan perkembangan kasus Covid-19 di Banjarnegara.

"Alhamdulillah Banjarnegara (awalnya) BOR-nya 99 persen, terus turunlah PPKM darurat. Saya baca aturannya sesuai perintah Pak Presiden yang langsung ditindaklanjuti Menteri Dalam Negeri dan dilaksanakan pada waktu rapat bersama menteri siapa itu, penjahit atau apa lah, (yang) orang Batak itu," ujar Budhi.

Baca juga: KPK Tahan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono

Budhi pun kemudian minta maaf atas pernyataannya itu. Ia mengaku, menyebut Luhut sebagai Menteri Penjahit lantaran ia tidak hafal nama Menko Marves itu karena begitu panjang.

"Mohon maaf kemarin saya menyebut Menteri Penjahit, karena saya tidak hafal namanya panjang sekali. Ini sekarang saya baca yang jelas, ini saya baca dan saya mohon maaf, (yang betul) adalah Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan," kata Budhi.

Budhi mengatakan, pernyataannya itu sama sekali tidak bermaksud untuk menghina Luhut.

"Mohon maaf karena tidak hafal jadi disingkat yang mudah. Tapi saya tidak punya tujuan menghina apapun, karena sebisa saya bicara. Sekali lagi kami mohon maaf kemarin yang saya sebut Pak Penjahit, karena saya tidak hafal semuanya. Mohon bapak menteri bisa memaafkan saya. Demi Allah, demi Rasulullah saya lahir batin untuk melaksanakan tugas negara," katanya

Izinkan warga gelar hajatan di tengah pandemi

Sebelum itu, pada pertengahan Juni 2021, Budhi pernah menjadi sorotan publik karena mengizinkan warganya menggelar hajatan di tengah kasus Covid-19.

Ketika itu, Jawa Tengah diketahui sedang mengalami peningkatan kasus Covid-19 yang sangat signifikan.

Budhi beralasan, kebijakannya itu sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.

“Saya berpegang pada Inpres Nomor 6 Tahun 2020 dan aturan tentang PPKM Mikro (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, red),” kata Budhi, saat dikonfirmasi Sabtu (19/6/2021).

Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi, Kekayaan Bupati Banjarnegara Rp 23,8 Miliar, Tercatat Tak Punya Kendaraan

Dengan kebijakan itu, kata Budhi, masyarakat tidak perlu khawatir saat hendak membuat kegiatan dengan mengundang massa. Sebab, aparat yang datang nantinya hanya berkapasitas mengedukasi masyarakat agar sesuai protokol kesehatan.

“Gugus tugas pasti mengizinkan, pemerintah hadir bukan untuk membubarkan tapi untuk mengedukasi tentang protokol kesehatan. Tolong agak minggir ya, pakai masker ya, begitu,” ujar dia.

Tuding kasus Covid-19 naik karena RS kejar klaim biaya perawatan

Masih di bulan Juni 2021, Budhi juga pernah membuat pernyataan yang mengundang kontroversi. Ia menuding ada permainan klaim biaya perawatan pasien Covid-19 oleh pihak rumah sakit.

"Enggak tahu loh kalau ini dikondisikan, enggak ngerti kalau punya kepentingan dikondisikan. Karena sekarang lumayan sih, kalau karantina di rumah sakit kan lumayan klaimnya. Aku juga udah ngerti," katanya.

Baca juga: Konstruksi Kasus Korupsi Bupati Banjarnegara: Aktif Meminta Fee hingga Libatkan Perusahaan Keluarga

Ia juga menyebut adanya petugas sales rumah sakit. Menurutnya, petugas sales tersebut akan mendapat honor jika ada pasien Covid-19 mau dirawat di rumah sakit.

"Kemarin saya sudah ketemu sama salesnya. Ada sales-nya namanya Bejo, mencari orang sakit (Covid-19) untuk dipondokin (dirawat) di rumah sakit. Kalau dipondokin dengan mobil sendiri Rp 200.000 tapi kalau diambil pakai ambulans rumah sakit honornya Rp 100.000," jelas Budhi.

Budhi menilai mafia pasien inilah yang membuat angka Covid-19 di sejumlah daerah melonjak. Keuntungan yang selangit membuat rumah sakit berlomba-lomba mencari pasien Covid-19.

Pernah tiduran di jalan pakai pakaian dinas

Pada akhir Oktober 2019, beredar foto Budhi Sarwono sedang tiduran di sebuah jalan. Dalam foto tersebut Budhi tampak mengenakan pakaian dinas lengkap bersama dua orang lainnya.

Foto tersebut kali pertama diunggah oleh akun Instagram @kabupatenbanjarnegara, Kamis (24/10/2019) lalu. Budhi mengaku foto tersebut sebagai bentuk ekspresi kegembiraannya karena jalan di wilayahnya kini telah mulus.

"Itu spontan, sebagai ekspresi kegembiraan saya melihat jalan yang mulus," kata Budhi.

Baca juga: Viral, Bupati Banjarnegara Tiduran di Jalan dengan Pakaian Dinas, Ini Alasannya

Unggah slip gaji di media sosial

Sebelum foto Budhi sedang tiduran di sebuah jalan viral, pada awal Oktober 2019, Budhi sudah lebih dulu menjadi perbincangan publik usai slip gajinya beredar di media sosial.

Awalnya, slip gaji itu diunggah oleh akun Instagram Pemerintah Kabupaten Banjarnegara @kabupatenbanjarnegara.

Dalam unggahan itu diketahui gaji Budhi sebesar. Rp 6.114.100. Namun yang diterimanya sebesar Rp 5.961.200, karena dipotong zakat lewat BAZ sebesar Rp 152.900.

Budhi mengaku mengunggah slip gaji tersebut agar pemerintah pusat memperhatikan gaji pemerintah daerah.

"Kalau sudah viral ya nggak papa. Mudah-mudahan pemerintah malu dan melipatkan 10 atau 20 kali (dari gaji sekarang)," ujar Budhi.

Baca juga: Ini Alasan Bupati Banjarnegara Pamer Slip Gaji di Media Sosial...

Mundur dari Ketua Askab PSSI

Pada akhir November 2018, Budhi Sarwono memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Askab PSSI) Banjarnegara.

Ketika itu, alasan pengunduran diri Budhi ramai diperbincangkan karena ia menuding kondisi persepakbolaan di Indonesia sangat buruk. 

"Karena persepakbolaan setelah kami jalani sampai Liga 3 kemarin ternyata kotor alias busuk, saya anggap kotor, semua permainan menggunakan uang," katanya.

Pada waktu bersamaan, Putri Budhi, Lasmi Indaryani, yang merupakan manajer timnas putri U-16 Indonesia juga ikut mundur dari jabatannya. Ia mengikuti jejak ayahnya lantaran prihatin terhadap karut-marut dunia persepakbolaan Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com