Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jokowi yang Tak Menduga Kasus di Kudus Jadi Awal Lonjakan Covid-19

Kompas.com - 20/08/2021, 20:35 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengungkapkan kondisi lonjakan penularan Covid-19 di Indonesia sempat di luar dugaan pemerintah.

Kondisi itu bermula dari penularan kasus Covid-19 dalam jumlah besar di Kudus dan Bangkalan akibat varian delta virus corona.

Mulanya, kata Jokowi, kondisi penularan Covid-19 mengalami kenaikan tinggi pada awal tahun hingga awal Februari 2021. Namun, secara berangsur-angsur terjadi penurunan kasus hingga Mei 2021.

Baca juga: Jokowi: Kalau Vaksin Datang, Langsung Habiskan Secepatnya

Jokowi mengungkapkan, pada saat itu jumlah penambahan kasus harian pun tercatat jauh lebih rendah dari sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi perekonomian Indonesia mengalami perbaikan.

"Tetapi begitu muncul di Kudus, begitu muncul di Bangkalan saat itu di luar dugaan kita, karena dari deteksi yang kita lihat itu di Jakarta, Indramayu dan di Medan. (Tetapi) munculnya di tempat lain karena memang barang ini enggak kelihatan," ungkapnya saat memberikan arahan kepada Forkopimda se-Jawa Timur yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8/2021).

Jokowi melanjutkan, setelah kejadian lonjakan kasus di Kudus dan Bangkalan, kasus harian Covid-19 bahkan pernah mencapai 56.000.

Saat itu, tim pemerintah memberikan saran untuk segera mengambil langkah strategis mencegah makin tingginya kasus harian.

"Pak Ini kalau tidak bisa dihentikan Pak, Agustus akan muncul di 80.000 (kasus), September itu di 160.000 (kasus). Kalau enggak bisa menghentikan (kondisi pandemi) bisa di atas India kita," ungkap Jokowi menirukan perkataan timnya.

Sehingga pada saat itu dia berkomunikasi dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk mendukung penanganan pandemi.

"Saat itu saya sampaikan kepada Panglima TNI dan Kapolri, tidak ada pekerjaan lain, yang ada menghentikan ini. Jangan sampai melompat ke 80.000, melompat ke 160.000," tegasnya.

Kepala Negara ingin agar pengalaman tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah pusat dan daerah.

Menurutnya, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sangat sulit untuk diprediksi perkembangannya.

Oleh karenanya, Jokowi meminta semua kepala daerah dan semua pihak terkait tetap waspada atas kenaikan dan penurunan kasus positif Covid-19.

"Saya ingin mengingatkan terlebih dahulu bahwa yang namanya virus corona ini betul-betul sangat sulit diduga dengan kalkulasi-kalkulasi apa pun," ungkapnya.

Baca juga: Jokowi: Kurangi Pasien Covid-19 yang Isoman, Tarik ke Isolasi Terpusat

Jokowi juga mengingatkan agar jangan sampai ada varian baru virus corona yang tidak diwaspadai. Sehingga varian baru itu menyebar secara luas di masyarakat.

"Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi, dan kita tidak waspada tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak," ungkap Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com