Semasa menjadi Gubernur Jakarta, Ahok juga kerap memaki-maki bawahannya jika ketahuan melakukan kesalahan.
Ahok melakukan aksi marah-marah karena pegawai Pemrov DKI begitu lama dalam kondisi nyaman tanpa ada penegakkan disiplin atas kesalahan yang dilakukan.
Gaya kepemimpinan dengan emosi terkadang dianggap efektif untuk mengubah pola kerja yang sudah terbentuk lama dan terbakukan.
Emosi merupakan hal yang tidak boleh diabaikan kalau menghendaki perubahan yang dilakukan berhasil.
Anggapan bahwa emosi merupakan hal yang diabaikan dan hanya merupakan faktor pengganggu saja merupakan pandangan yang menyesatkan dalam menanggapi perubahan organisasi.
Emosi dapat berfungsi positif dan mendorong tercapainya perubahan organisasi kalau emosi dikelola dengan wajar.
Hal ini disebabkan karena emosi memiliki fungsi adaptif bagi individu yang bersangkutan. Disamping itu, emosi juga merupakan komponen yang penting dalam motivasi sebab akan menggerakkan individu untuk berperilaku tertentu.
Suatu proses perubahan organisasi yang berjalan dengan baik melibatkan interaksi terus menerus antara proses emosi dan kognitif para anggota organisasi (Yuwono & Ani Putra, 2005).
Aksi emosional Risma hingga saat ini untuk kasus Bandung, Tuban dan Tangerang cukup membawa dampak.
Petugas di Balai Wyata Guna Bandung berubah giat bekerja dan lebih serius mengerjakan dapur umum.
Kasus penyunatan bansos di Tangerang berlanjut ke kepolisian dan diusut para pelakunya. Sedangkan di Tuban, dana yang sempat tertahan, akhirnya dikembalikan kepada yang berhak.
Aksi-aksi “penyunatan” bansos di daerah-daerah, kini juga semakin berani disuarakan karena masyarakat merasa mendapat “perhatian” dan “dukungan” dari Menteri Tri Risma.
Penyunatan jatah bantuan sosial tunai untuk warga Kelurahan Beji, Depok, Jawa Barat yang sempat dikutip Rp 50 ribu dari jatah Rp 600 ribu, menjadi terbongkar karena keburu viral di media sosial (Kompas.com, 29 Juli 2021).
Empat orang PKM di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berani melaporkan ke kepolisian karena paket sembako yang diterimanya berbeda dengan ketentuan (Kompas.com, 29 Juli 2021).
Tri Risma sempat mendapat “perlawanan” dari Bupati Alor, Nusa Tenggara Timur Amon Jobo yang merasa tidak terima dengan aksi potong kompas penyaluran bantuan untuk korban badai seroja yang melanda NTT beberapa waktu lalu (Kompas.com, 03/06/2021).
Padahal, Tri Risma mengambil langkah cepat penyaluran bantuan untuk para korban karena kendala komunikasi sehingga pihaknya kesulitan berkoordinasi dengan dinas sosial setempat.
Infrastruktur dan jaringan komunikasi di Alor pasca badai memang mengalami kerusakan parah.
Agar gaya “meledak-ledak”nya tidak disalahartikan dan bisa diterima semua kalangan, tampaknya Risma tidak saja harus mempertimbangkan segi rasional, tapi juga segi emosional sehingga visi kepemimpinan yang dikemukakannya bersifat inspiring and motivating.
Risma harus memenangkan ”kepala dan hati ” jajaran di bawahnya agar Kementerian Sosial kembali ke jatidirinya sebagai pelayan rakyat.
Label sebagai kementerian yang penuh “penyamun” harus ditransformasikan menjadi kementerian yang sangat peduli dengan persoalan kerakyatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.