Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usul Anies soal Pengetatan Disebut Sempat Ditolak, KSP: Bukan Waktunya Menyalahkan

Kompas.com - 05/07/2021, 16:34 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta supaya tak ada lagi pihak yang saling menyalahkan soal kebijakan pengetatan pembatasan yang diambil pemerintah merespons lonjakan Covid-19.

Ia menyebut, pemerintah saat ini tengah fokus menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Hal ini Ngabalin sampaikan merespons Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono yang menyebut bahwa usul pengetatan sudah pernah disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak akhir Mei lalu, namun ditolak oleh pemerintah pusat.

"Bukan waktunya kita saling salah-menyalahkan atau benar-membenarkan suatu kebijakan atau pandangan dan pikiran siapa pun," kata Ngabalin saat dihubungi, Senin (5/7/2021).

Baca juga: Epidemiolog Ungkap Anies Baswedan Usul Pengetatan sejak Akhir Mei, tapi Ditolak

"Tugas dan kewajiban pemerintah jelas untuk menyelamatkan nyawa manusia Indonesia dari hantaman Covid-19 dan varian baru," tuturnya.

Ngabalin mengatakan, PPKM Darurat Jawa-Bali merupakan kebijakan yang dinilai paling tepat oleh pemerintah.

Di luar wilayah Jawa-Bali, pemerintah tetap memberlakukan PPKM Mikro guna menekan laju penularan virus corona.

Kebijakan-kebijakan itu, kata Ngabalin, diputuskan berdasar data dan karakter setiap daerah, termasuk mempertimbangkan zonasi risiko Covid-19.

Oleh karenanya, Ngabalin tak ingin ada lagi yang menyinggung masa lampau. Ia berharap seluruh pihak fokus mendukung kebijakan yang telah diputuskan.

"Jangan lagi ruang publik diisi denganpenyataan-pernyataan sampah dan mengganggu konsentrasi kita semua pada PPKM Darurat ini," ujarnya.

Baca juga: Efek PPKM Darurat Baru Terasa Dua Pekan Lagi, RS Terlanjur Kolaps

Ngabalin pun meminta seluruh masyarakat mematuhi aturan pembatasan yang berlaku selama masa PPKM Darurat.

Bersamaan dengan itu, ia mengingatkan warga untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, rajin mencuci tangan, hingga menjaga jarak.

"Sehebat apapun pemerintah tidak akan mungkin agenda ini bisa berjalan dengan hasil yang maksimal kalau tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Hentikan semua kicauan yang mengotori ruang publik," kata Ngabalin.

Sebelumnya, melalui akun Twitter pribadinya, Pandu Riono mengungkap bahwa usul pengetatan pembatasan sudah diusulkan Anies Baswedan sejak akhir Mei lalu.

Usul itu disampaikan Anies ke pemerintah pusat setelah mendapat masukan mengenai potensi lonjakan kasus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Baca juga: INFOGRAFIK: Daftar Bansos PPKM Darurat

"Akhir Mei setelah mendengarkan masukan Tim Pandemi @fkmui tentang potensial lonjakan yang dapat terjadi, @aniesbaswedan segera usulkan ke pemerintah pusat agar segera dilakukan pengetatan maksimal Jawa-Bali," tulis Pandu dalam akun Twitter @drpriono1, yang dikutip pada Senin (5/7/2021).

Namun, usulan tersebut ditolak oleh pemerintah pusat dengan alasan bahwa pengetatan bisa berdampak pada perekonomian. Pandu menilai, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) lebih mementingkan ekonomi ketimbang kesehatan masyarakat.

"Tak diterima, karena isu ekonomi. Ada KPC-PEN, tapi yg terpikir hanya PEN," kata dia.

Adapun PPKM Darurat Jawa-Bali diumumkan oleh Presiden Joko Widpdo pada 1 Juli kemarin. Kebijakan itu berlaku selama 3-20Juli 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com