Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Faisal Basri Keluar dari PAN dan Mendirikan Pergerakan Indonesia

Kompas.com - 28/06/2021, 14:19 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Faisal Basri menceritakan alasannya melepas jabatan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) pada 2003 silam.

Faisal menjadi Sekjen PAN pertama setelah dideklarasikan oleh Amien Rais pada masa reformasi.

Ketika itu Amien Rais didapuk menjadi Ketua Umum PAN sebagai calon pemimpin alternatif setelah kejatuhan Presiden Soeharto.

“Waktu Pak Amien tentu saja didapuk jadi ketua umum partai sebagai calon pemimpin nasional alternatif, cari Sekjen ya tidak ketemu. Saya tidak ada niat sama sekali, waktu formatur menyusun pun saya tidak ikut,” kata Faisal saat diwawancarai wartawan senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo, dikutip dari Kompas.id, Senin (28/6/2021).

Baca juga: Faisal Basri: Omong Kosong kalau Pemerintah Tak Punya Uang untuk Lockdown

Namun, karier politik Faisal tidak berlangsung lama. Ia mengaku lebih menyukai menjadi ekonom ketimbang politisi.

Kehidupan di partai politik tidak seperti yang ia bayangkan.

“Saya sudah menyimpulkan bahwa kehidupan lewat partai tidak efektif, tidak seperti yang saya bayangkan,” tutur dia.

Faisal menuturkan, awalnya PAN mendeklarasikan diri sebagai partai yang modern, inklusi, nondiskriminatif.

Akan tetapi, konsep tersebut berubah dalam kongres pertama PAN yang digelar pada 10 hingga 13 Februari 2000.

Sejak saat itu, Faisal mengaku semakin yakin untuk keluar dari PAN.

“Kan kita bikin platform jadi partai modern, inklusi, nondiskriminatif gitu-gitu kan, dikhianati dalam Kongres PAN yang pertama di Yogyakarta. Mereka mengubah asas partai, dari partai yang tadi saya sebutkan menjadi partai yang berasaskan iman dan taqwa,” ungkap dia.

“Waduh, saya bilang ini setelah diskusi panjang begitu ya, ini sudah fondasi partainya, sudah tidak seperti yang kita bayangkan dulu ya, ya saya tinggalkan saja,” imbuh dia.

Baca juga: Faisal Basri Sebut Biaya PPKM Mikro Lebih Besar Dibandingkan Lockdown

Setelah itu, Faisal tidak lagi mau menjadi anggota partai politik tertentu.

Kemudian Faisal mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia yang mencita-citakan politik bersih, berkarakter, dan berideologi.

Sejumlah tokoh ikut mendirikan organisasi tersebut, antara lain Budiman Sudjatmiko dan Faisol Reza.

Budiman Sudjatmiko kini menjadi politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Faisol Reza merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Faisal mengaku tidak cocok berada dalam dunia kepartaian karena tidak maksimal dalam menyuarakan pendapatnya.

“Karena tidak ada partai politik di Indonesia yang mempunyai ideologi, adanya asas. PI (Pergerakan Indonesia) ideologinya social democracy,” kata Faisal.

"Saya merasa tidak cocok diri saya di dalam dunia kepartaian, tidak bisa maksimal," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis saat Kunjungi Tahura Bali

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis saat Kunjungi Tahura Bali

Nasional
Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Nasional
Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nasional
Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Nasional
Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Nasional
Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Nasional
Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Nasional
Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Nasional
Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Nasional
Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Nasional
Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Nasional
Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Nasional
Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Nasional
JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com