JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Faisal Basri menceritakan alasannya melepas jabatan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) pada 2003 silam.
Faisal menjadi Sekjen PAN pertama setelah dideklarasikan oleh Amien Rais pada masa reformasi.
Ketika itu Amien Rais didapuk menjadi Ketua Umum PAN sebagai calon pemimpin alternatif setelah kejatuhan Presiden Soeharto.
“Waktu Pak Amien tentu saja didapuk jadi ketua umum partai sebagai calon pemimpin nasional alternatif, cari Sekjen ya tidak ketemu. Saya tidak ada niat sama sekali, waktu formatur menyusun pun saya tidak ikut,” kata Faisal saat diwawancarai wartawan senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo, dikutip dari Kompas.id, Senin (28/6/2021).
Baca juga: Faisal Basri: Omong Kosong kalau Pemerintah Tak Punya Uang untuk Lockdown
Namun, karier politik Faisal tidak berlangsung lama. Ia mengaku lebih menyukai menjadi ekonom ketimbang politisi.
Kehidupan di partai politik tidak seperti yang ia bayangkan.
“Saya sudah menyimpulkan bahwa kehidupan lewat partai tidak efektif, tidak seperti yang saya bayangkan,” tutur dia.
Faisal menuturkan, awalnya PAN mendeklarasikan diri sebagai partai yang modern, inklusi, nondiskriminatif.
Akan tetapi, konsep tersebut berubah dalam kongres pertama PAN yang digelar pada 10 hingga 13 Februari 2000.
Sejak saat itu, Faisal mengaku semakin yakin untuk keluar dari PAN.
“Kan kita bikin platform jadi partai modern, inklusi, nondiskriminatif gitu-gitu kan, dikhianati dalam Kongres PAN yang pertama di Yogyakarta. Mereka mengubah asas partai, dari partai yang tadi saya sebutkan menjadi partai yang berasaskan iman dan taqwa,” ungkap dia.
“Waduh, saya bilang ini setelah diskusi panjang begitu ya, ini sudah fondasi partainya, sudah tidak seperti yang kita bayangkan dulu ya, ya saya tinggalkan saja,” imbuh dia.
Baca juga: Faisal Basri Sebut Biaya PPKM Mikro Lebih Besar Dibandingkan Lockdown
Setelah itu, Faisal tidak lagi mau menjadi anggota partai politik tertentu.
Kemudian Faisal mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia yang mencita-citakan politik bersih, berkarakter, dan berideologi.
Sejumlah tokoh ikut mendirikan organisasi tersebut, antara lain Budiman Sudjatmiko dan Faisol Reza.
Budiman Sudjatmiko kini menjadi politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Faisol Reza merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Faisal mengaku tidak cocok berada dalam dunia kepartaian karena tidak maksimal dalam menyuarakan pendapatnya.
“Karena tidak ada partai politik di Indonesia yang mempunyai ideologi, adanya asas. PI (Pergerakan Indonesia) ideologinya social democracy,” kata Faisal.
"Saya merasa tidak cocok diri saya di dalam dunia kepartaian, tidak bisa maksimal," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.