JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, idealnya pemeriksaan (testing) Covid-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Namun, pemeriksaan Covid-19 dengan antigen juga dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memperbanyak pemeriksaan (testing).
"Idealnya PCR, tapi kalau ada dari rapid test antigen tak apa-apa dua-duanya boleh jadi baik kalau mau antigen. Kecuali yang confirmed (harus) PCR. Dibanding enggak ada testing dan testing rendah, ini akan bahaya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: IDI Imbau Sebaiknya Laporan Harian Covid-19 Berdasarkan PCR dan Antigen Dipisahkan
Dicky mengatakan, WHO juga selalu melakukan evaluasi terhadap rapid test antigen sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menentukan alat rapid tes antigen harus melihat jenis atau merek yang direkomendasikan WHO dan Kementerian Kesehatan.
"Dan dilihat dari data terkini, terutama saya menganjurkan melihat spesifisitasnya karena kalau yang bagus rapid test itu sudah membandingkan bagaimana reaksi keakuratannya mendeteksi virus," ujarnya.
Baca juga: Eijkman: Akurasi Antigen Deteksi Covid-19 Lebih Rendah dari PCR
Lebih lanjut, Dicky mengatakan, dengan dianjurkan oleh WHO dan Kemenkes, hasil pemeriksaan Covid-19 dengan rapid antigen bisa menjadi laporan data kasus Covid-19.
"Ini karena keterbatasan dan mahalnya PCR jadi bisa (pakai rapid antigen), tapi kalau selama itu berbayar ya itu berat untuk masyarakat golongan lemah," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.