“Usaha budi daya cukup banyak. Kalau hanya bergantung pada pakan pabrikan akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sehingga tingkat keuntungan masyarakat semakin menipis,”kata Sjarief.
Ia melanjutkan, apartemen cacing sutra tidak memerlukan lahan luas karena bisa dibuat secara bertingkat dan sederhana. Dengan metode ini pula para pelaku budi daya bisa memiliki peluang untuk menjadi pengusaha baru.
Baca juga: Hiu dan Pari Terancam Punah, KKP Upayakan Kelola Sumber Daya Perikanan
Menurut Sjarief, pengenalan teknologi tersebut tak lepas dari peran serta para penyuluh perikanan yang berhadapan langsung dengan masyarakat di lapangan.
“Penerapan teknologi di lapangan tentunya memerlukan tahapan pengaplikasian terutama, terutama untuk teknologi yang bersifat spesifik. Ini butuh formula yang tepat untuk diterapkan di lokasi,” ujarnya.
Atas dasar itu, sebut Sjarif, penyuluh diuji secara teknis dan manajerial dalam memberikan pendampingan teknologi yang tepat dengan hasil efektif kepada masyarakat.
Adapun Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati berharap, transfer teknologi yang disampaikan penyuluh kepada para pelaku usaha dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Baca juga: Kembangkan Riset Perikanan dan Kelautan, BRSDM Siap Dukung 3 Program Prioritas KKP
Ia juga meminta para penyuluh untuk menuangkan penerapan teknologi dalam bentuk tulisan yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pedoman.
“Para penyuluh harus selalu berpikir kritis dan berinovasi untuk menemukan teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan persoalan pelaku usaha atau pelaku utama di lapangan,” harap Lilly seperti tertulis dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (12/4/2021).
Sementara itu, Kepala Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal Mochammad Muchlisin menyampaikan, usaha budi daya cacing sutra memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.
“Budidaya ini dapat dilakukan dengan bahan yang murah, sedangkan kebutuhan pasar masih tinggi untuk mencukupi kebutuhan pelaku usaha perbenihan ikan air tawar terutama ikan lele dan untuk ikan hias,” jelasnya.
Baca juga: Dukung Program KKP, BRSDM Permudah Budidaya Perikanan melalui Sipetak
Selain itu harganya masih cukup bagus, yaitu Rp 40.000 hingga Rp 60.000 di tingkat pengusaha. Pada akhir 2020, pihaknya menyelenggarakan pelatihan budi daya cacing sutra sistem apartemen ini di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untuk bisa melakukan budi daya, cara pertama adalah menyiapkan wadah berukuran 2x1x0,2 meter persegi (m2) yang sudah dilapisi terpal. Wadah disusun menjulang ke atas seperti apartemen menggunakan rak besi.
Dalam satuan rak apartemen dapat disusun empat hingga lima bak. Wadah teratas merupakan bak filter yang dilengkapi suplai air dengan sistem resirkulasi tertutup sebagai sumber air mengalir pada setiap bak di bawahnya.
Media budi daya yang digunakan adalah lumpur yang diperkaya bahan organik dengan perbandingan 80 persen lumpur dan 20 persen campuran organik yang terdiri dari ampas tahu, dedak, kotoran hewan, sayuran ditambah probiotik dan molase 1 mililiter (ml) per kilogram (kg) bahan.
Baca juga: Siapkan SDM Kelautan dan Perikanan, KKP Kembangkan SKKNI