JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Cholil Nafis mengajak masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi yang diselenggarakan pemerintah sebagai bentuk penanganan dari pandemi Covid-19.
Cholil mengatakan, vaksinasi adalah al-wiqayatu khairun min al-‘ilaj atau mencegah lebih baik daripada mengobati atau dalam bahasa medis, langkah preventif lebih baik daripada langkah kuratif.
“Oleh karena itu, kita mendahulukan menolak penyakit, lebih baik daripada mengobati, bagaimana orang Indonesia tidak terkena (virus corona), itu lebih baik dari pada bagaimana cara mengobati orang Indonesia yang terkena Covid-19,” kata Cholil dalam webinar bertajuk ‘Mengapa Perlu Vaksinasi Covid-19’, Jumat (22/1/2021).
Baca juga: Soal Orang yang Menolak Vaksin karena Tak Percaya Covid-19, MUI: Ini Penyakit, Kita Wajib Berobat
Cholil menjelaskan, istilah vaksin pertama kali ditemukan Edward Jenner seorang dokter dari inggris di Berkeley pada tahun 1798 untuk mencegah penyakit menular saat itu pada manusia yaitu cacar.
Akibat dari penyakit tersebut, kata dia, banyak penduduk dunia saat itu wajahnya berlubang.
Kemudian, Cholil berujar, pada tahun 1967, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengampanyekan vaksinasi secara besar-besaran.
Hasilnya, hingga kini penyakit cacar bisa teratasi dan akibat dari penyakit tersebut bisa diminimalisir.
“Nah ini berarti apa? Sudah terbukti bahwa vaksinasi ini temuan-temuan ilmiah dapat mengobati dan juga pencegahan terhadap penyakit yang menular itu,” kata Cholil.
“Logika ini lah menjadi alasan Majelis Ulama Indonesia ikut mendorong pemerintah agar dilakukan vaksinasi dan mendukung pelaksanaan vaksinasi agar kita benar-benar bisa membebaskan masyarakat dan alam raya ini dari pandemi Covid-19,” ucap dia.
Baca juga: MUI Minta Masyarakat Tetap Patuhi Protokol Kesehatan Sekalipun Sudah Divaksin
Lebih lanjut, Cholil juga meluruskan pemahaman sejumlah masyarakat Indonesia terkait anggapan bahwa Covid-19 penyakit biasa.
Bahkan, menurut Cholil, di lingkungan pesantren masih ditemukan orang yang tidak percaya sama sekali bahwa pandemi Covid-19 benar-benar ada.
Sementara itu, ada juga yang percaya dan sangat khawatir dengan virus corona tersebut.
“Oleh karena itu, cara kita menyikapinya adalah, ini fenomena alam, dan ini adalah takdir Allah SWT, kewajiban kita berusaha sepenuhnya (mengatasi pandemi), sementara bagaimana hasilnya, kita kembalikan kepada kuasa Allah SWT,” kata Cholil.
Tiga sikap
Cholil menyebut, setidaknya ada tiga sikap masyarakat dalam menyikapi pandemi Covid-19.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.