JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 genap berlangsung selama 10 bulan pada Sabtu (2/1/2021), terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Sementara itu, data terakhir penanganan Covid-19 yang dirangkum pemerintah hingga Minggu (3/1/2021) masih menunjukkan penambahan kasus baru yang terus terjadi.
Dari data yang dibagikan pemerintah pada Minggu sore, terdapat 6.877 kasus baru Covid-19. Sehingga, sampai saat ini total ada 765.350 kasus Covid-19 di Indonesia.
Baca juga: UPDATE 3 Januari: Tambah 6.877, Kasus Covid-19 di Indonesia Capai 765.350
Kemudian, dari data yang sama, pemerintah mencatat penambahan 6.419 pasien Covid-19 yang sembuh dalam sehari.
Sehingga, total ada 631.937 pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan negatif virus corona.
Selain itu, pasien Covid-19 yang meninggal dunia juga mengalami penambahan sebanyak 179 orang. Dengan begitu, setelah sekitar 10 bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia, total pasien meninggal dunia berjumlah 22.734 orang.
Baca juga: UPDATE 3 Januari: Pasien Covid-19 Meninggal Capai 22.734 Orang
Sebelum pandemi genap berlangsung selama 10 bulan, sejumlah rekor penambahan kasus positif Covid-19 secara harian sudah terjadi sejak akhir November.
Berdasarkan catatan Kompas.com pada 29 November 2020, rekor penambahan kasus baru Covid-19 mencapai 6.267 dalam satu hari.
Namun, angka itu terus bertambah pesat bahkan hingga menembus lebih dari bertambahnya 8.000 pasien dalam sehari.
Beberapa hari setelahnya, yakni pada 3 Desember 2020 ada penambahan 8.369 kasus Covid-19 dalam satu hari.
Baca juga: Di Balik Rekor 8.369 Kasus Harian Covid-19 dan Tingginya Penambahan di Papua
Hingga saat ini, angka tersebut masih merupakan penambahan paling tinggi sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Sehingga, data penambahan kasus baru tidak seluruhnya bisa dicatat saat itu juga atau real time.
Saat itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui jika data penambahan kasus Covid-19 pada 3 Desember merupakan akumulasi dari jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 sejak 19 November 2020.
Baca juga: Data Kasus Covid-19 Tak Pernah Real Time Hampir 10 Bulan, Epidemiolog: Tidak Bisa Terus Dibiarkan
Atau dengan kata lain, merupakan akumulasi kasus konfirmasi positif selama 15 hari.
Meski demikian, penambahan kasus positif Covid-19 secara harian kembali tembus angka 8.000 kasus pada akhir Desember 2020.
Tepatnya pada 31 Desember, pemerintah mencatat adanya penambahan kasus baru sebanyak 8.074 dalam sehari.
Kemudian, pada 1 Desember 2021, terdapat penambahan 8.072 kasus Covid-19 dalam sehari.
Selain itu, kasus kematian akibat Covid-19 secara harian juga mencatat rekor hingga lebih dari 200 kematian dalam waktu sehari.
Baca juga: Pasien Covid-19 Meninggal Capai 200 Per Hari, Ahli Menduga karena RS Sudah Kewalahan
Kondisi itu tepatnya terjadi pada 20 Desember 2020 yakni mencapai 221 orang dalam satu hari.
Meski demikian, jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 juga mencatatkan rekor tertinggi.
Pada 2 Januari 2021, tercatat sebanyak 7.582 pasien sembuh dari Covid-19 dalam satu hari.
Melihat perkembangan pandemi di Indonesia, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, risiko penularan Covid-19 saat ini berada di titik tertinggi.
Dia menyebut rasio positif Covid-19 saat ini berada di angka 29,4 persen.
"Kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi dimana rasio positif Covid-19 berada di angka 29,4 persen," ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI, Sabtu (2/1/2020).
"Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan 3M," tuturnya.
Baca juga: IDI: Risiko Penularan Covid-19 Saat ini Berada di Titik Tertinggi
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum akan selesai dalam waktu dekat.
Pihaknya meminta semua pihak untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, memastikan agar semua orang terutama anak tidak tertular penyakit, serta mulai mengajarkan perilaku hidup bersih sehat sejak dini semampu anak.
"Sedapat mungkin tetap di rumah saja dulu, karena aktivitas diluar rumah tetap memiliki risiko pajanan infeksi yang jauh lebih tinggi," kata Aman.
"Screening dan contact tracing berlaku untuk anak semua umur, sehingga pastikan agar anak dapat diketahui status infeksinya dengan metode pemeriksaan yang benar," tuturnya.
Baca juga: IDAI: Proporsi Anak Terinfeksi Covid-19 Cukup Mengkhawatirkan
Sementatara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi, akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 sekitar 16-18 Januari 2021.
Lonjakan kasus akibat penularan virus corona ini disebabkan karena libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021.
"Pengalaman menunjukkan bahwa lonjakan infeksi itu akan terjadi 10-14 hari sesudah liburan selesai. Jadi kalau liburan selesai di sekitar tanggal 1 atau 2 Januari, ini akan terjadi sekitar tanggal 16-18," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (29/12/2020).
Baca juga: Covid-19 Diprediksi Melonjak Usai Libur Akhir Tahun, 16-18 Januari 2021
Budi menjelaskan, berdasarkan pengamatan, kasus Covid-19 umumnya melonjak 30-40 persen usai libur panjang. Hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain.
Untuk mencegah lonjakan tersebut, ia mengimbau masyarakat yang bepergian selama libur Natal dan Tahun Baru 2021 untuk mengurangi mobilitas.
"Alangkah baiknya bila setelah kita pulang nanti atau selama kita juga mempersiapkan untuk masuk kerja nanti, kita lebih banyak melakukan pekerjaan di rumah. Kita mengurangi mobilitas kita bergerak selama 5 sampai 10 hari," ujarnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pernag menyebutkan bahwa kenaikan kasus aktif virus corona di Indonesia selalu berawal dari masa libur panjang dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
Selama 10 bulan masa pandemi, terjadi beberapa kali lonjakan kasus Covid-19 yang disebabkan antara lain karena libur panjang Idul Fitri pada 22-25 Mei 2020, libur panjang 17, 20 hingga 23 Agustus 2020, serta libur panjang 28 Oktober hingga 1 November 2020.
Menkes Budi juga mengingatkan bahwa kondisi rumah sakit rujukan Covid-19 saat ini sudah cukup padat, baik ruang isolasi maupun ICU dipenuhi dengan pasien Covid-19.
Sebagai gambaran, setiap 100 orang yang terinfeksi virus corona, sekitar 30 persen harus dirawat di rumah sakit. Sedangkan, dari angka 30 persen itu, 5 persen di antaranya harus dirawat di ICU.
Oleh karenanya, Budi mengingatkan masyarakat untuk membantu para tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat dengan cara mengurangi mobilitas pasca-libur panjang.
"Kalau kita sama-sama bisa mengurangi derajat infeksi, bisa memastikan bahwa teman-teman itu sehat, tidak terlalu mobile atau mobilitasnya tidak tinggi selama 10 hari pertama di awal tahun 2021, itu akan sangat membantu untuk rekan-rekan kesehatan yang ada di rumah sakit," kata dia.
Baca juga: Menkes: Butuh 3,5 Tahun Selesaikan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Bersamaan dengan itu, lanjut Budi, pemerintah mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 melalui kerja sama dengan sejumlah pihak.
Budi mengaku, dirinya sudah berbicara dengan beberapa gubernur untuk memastikan bahwa rumah sakit siap untuk menampung lonjakan pasien Covid-19.
"Ruang isolasi yang cukup, ranjangnya cukup, ICU-nya cukup, dokternya juga cukup, perawatnya ada, obatnya siap, alat pelindung diri siap dan lain sebagainya. Dan sekarang yang sedang kita persiapkan dari sekarang," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.