China selama ini juga tidak pernah ikut campur dalam masalah separatisme di Indonesia. Sebaliknya, China selalu menyatakan mendukung NKRI tanpa kondisionalitas.
Hubungan Indonesia-China yang demikian kompleks tentunya sarat dengan berbagai tantangan. Untuk jangka pendek ke depan, tantangan paling utama adalah bagaimana Indonesia dan China dapat bekerja sama untuk menangani pandemi Covid-19, baik dari segi kesehatan publik, terutama produksi vaksin, obat dan peralatan medis, serta riset, maupun dari segi pemulihan ekonomi.
China mempunyai aset yang besar untuk kedua kebutuhan nasional yang sangat urgen tersebut (vaksin dan pemulihan ekonomi).
China dan Vietnam adalah negara Asia yang langka karena ekonominya pada 2020 tetap tumbuh sekitar 1,9 persen. Sementara itu, ekonomi negara besar lainnya mengalami kontraksi di bawah 0 persen. Prediksinya, ekonomi China akan tumbuh 8,2 persen pada 2021.
Tahun ini, tanpa dinyana, perdagangan China juga tumbuh hampir 10 persen dibanding tahun lalu. Pasar, modal, teknologi, dan wisatawan China harus terus digarap Indonesia dalam dua tahun ke depan.
Tantangan lainnya adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan antara kedua belah pihak. Di tingkat elite politik Indonesia, kepercayaan terhadap China relatif baik. Akan tetapi, di tingkat akar rumput masih banyak sejumlah tantangan dan keluhan.
Masalah buruh dari China masih sering menjadi bola panas di Tanah Air. Teori konspirasi juga semakin marak, terutama melalui media sosial.
Hubungan Indonesia-China perlu ditangani dengan sabar dan bijaksana. Oleh karena itu, diplomasi publik harus semakin ditingkatkan untuk menjaga stabilitas hubungan.
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sebagai organisasi hubungan internasional yang saya pimpin sudah sering mengadakan program introduksi pemuda Indonesia-China.
Hasilnya, semua peserta dari Indonesia dan China, setelah kunjungan ke kedua negara berakhir, kembali ke Tanah Air masing-masing membawa semangat persahabatan dan perspektif yang lebih positif dibanding sebelumnya.
Tantangan berikut bagi Indonesia adalah sangat kurangnya sinologis (ahli China) di Indonesia.
Mengingat China akan terus menjadi “the most impactful country” terhadap Indonesia, Pemerintah Indonesia seharusnya mulai secara sistematis mempersiapkan jajaran sinologis yang kompeten di Indonesia.
Sebagai kriteria,misalnya, dicari yang menguasai bahasa Mandarin dan Cantonese, piawai dalam menjalin jaringan dengan pejabat Pemerintah, Partai Komunis China, dan berbagai think tank setempat di China, serta menguasai seluk-beluk politik dalam negeri dan arus pemikiran kebijakan internasional China. Hal-hal ini masih absen di Indonesia.
Tantangan terakhir adalah bagaimana Indonesia-China dapat menciptakan kawasan yang stabil, damai, dan tidak dirugikan oleh perseteruan negara-negara besar (major powers).
Risiko terbesar bagi Indonesia adalah rivalitas yang semakin meruncing antara negara-negara besar, terutama AS-China, tetapi juga melibatkan negara-negara Eropa, Rusia, Jepang,dan India.
Rivalitas tersebut, kalau semakin menjadi-jadi, bisa merobek berbagai kawasan dunia dan mengganggu stabilitas, misalnya dengan semakin menyulut perang dagang, proxy war, dan intervensi politik.
Indonesia, sambil terus memegang teguh prinsip politik luar negeri bebas aktif, harus bisa memanfaatkan kedekatan dengan China untuk membantu menurunkan ketegangan dan memajukan kerja sama damai antara negara-negara besar.
Hubungan Indonesia-China, yang notabene merupakan hubungan antara regional power Asia Tenggara dan rising power dunia, kalau diolah dengan baik, dapat menjadi pilar stabilitas di Asia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.