JAKARTA, KOMPAS.com - Tim pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM menemukan Pendeta Yeremia Zanambani diduga mengalami penyiksaan serta tindakan kekerasan lainnya.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengungkapkan, salah satunya adalah ditembak dari jarak dekat.
“Berupa tembakan ditujukan ke lengan kiri korban dari jarak kurang dari 1 (satu) meter atau jarak pendek pada saat posisi korban berlutut,” ucap Anam dalam konferensi pers daring, Senin (2/11/2020).
Baca juga: Otopsi Jenazah Pendeta Yeremia Melibatkan Dokter Independen
Selain itu, Komnas HAM juga menemukan bahwa Pendeta Yeremia dijerat di bagian leher menggunakan tangan atau alat lainnya.
Tindakan itu diduga untuk memaksa korban untuk berlutut yang terlihat dari adanya jejak abu tunggu pada lutut kanan korban.
“Korban juga mengalami tindakan kekerasan lain berupa jeratan di leher, yang jelas intravital, bisa dengan tangan bisa juga dengan sebuah alat,” kata Anam.
Namun, penyebab korban tewas bukan karena luka tembak atau luka lainnya, melainkan karena kehabisan darah.
Anam menuturkan, tindakan kekerasan yang dialami Pendeta Yeremia diduga untuk memperoleh keterangan korban terkait keberadaan senjata yang dirampas TPNPB/OPM.
Dari temuan Komnas HAM, proses pencairan senjata dilakukan pascatewasnya seorang anggota TNI bernama Serka Sahlan dan perampasan senjatanya oleh TPNPB/OPM.
Menurut Komnas HAM, Pendeta Yeremia diduga sudah menjadi target oleh terduga pelaku yang diduga oknum anggota TNI.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan