Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Militer, Pandemi, dan Isu PKI

Kompas.com - 05/10/2020, 08:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jawaban Pepabri

Atas kejadian ini, Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri) Jenderal (Purn) Agum Gumelar yang diwawancara di Kompas TV mengungkapkan keprihatinannya.

"Terus terang saja saya merasa prihatin dan bahkan kesal melihat kejadian itu. Terutama untuk mereka yang kemarin mengenakan baret merah dengan gagah perkasa. Saya ini mantan Danjen Kopassus," kata Agum pada hari yang sama.

"Seharusnya mereka itu menjadi prajurit baret merah yang dicintai dan mencintai rakyat. Ini malah kejar-kejaran dengan mahasiswa. Apa itu," ungkap Agum menyatakan kekecewaannya.

“Jadi cara-cara seperti kemarin itu, mohon maaf ya, sebagai prajurit baret berah, saya sebagai mantan Danjen saya ingin koreksi, tidak seperti itu. Jangan terlalu murah meneriakkan Komando di tempat-tempat yang tidak tepat," kata Agum lagi.

Apa yang terjadi?

Saya menemui Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Menurut Dudung, para purnawirawan tersebut tidak memiliki izin melakukan kegiatan.

"Izin untuk menggelar ziarah itu ditujukan ke Kemensos (Kementerian Sosial) karena TMP Kalibata di bawah Kemensos. Namun, dari Kemensos tidak diizinkan dengan alasan Covid-19,” jelas Dudung.

“Dalam acara itu, di luar dugaan ada sebagian yang memanfaatkan situasi untuk mendeklarasikan mendukung KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) dan menyinggung masalah kebijakan pemerintah saat ini," kata Dudung kepada saya.

Saya melanjutkan pertanyaan soal isu PKI. Selama ini isu PKI biasanya diteriakkan oleh para purnawirawan TNI. Saya ingin mendengar dari seorang prajurit aktif terkait isu ini.

"Panglima, saya bertanya, apakah PKI itu masih ada?" kata saya.
“Tidak ada!” Jawab Pangdam Jaya tegas.

"Bukankah ideologi itu tidak pernah mati?" sambung saya.

"Jika ada komunisme atau militansinya (semangatnya), apakah ada buktinya? kan tidak!" kata Dudung.

"Artinya Anda berbeda pendapat dengan purnawirawan?"

"Purnawirawan yang mana? Ada banyak purnawirawan. Tentu tidak layak dikaitkan hanya dengan segelintir purnawirawan saja!"

Lepas dari perdebatan ada atau tidak adanya PKI di Indonesia saat ini, pertanyaannya sebenarnya apakah ideologi ini masih memikat hati.

Bukankah kini kapitalisme yang paling depan memimpin sendi-sendi kehidupan banyak negara di dunia. Kapitalisme memberi ruang aktivitas ekonomi yang amat luas bagi individu. Konsekuensinya memang ada kesenjangan yang tinggi di antara masyarakat dalam hal akumulasi modal.

Kalaupun tidak puas dengan kapitalisme, apakah komunisme masih memikat hati menjadi alternatif? Komunisme menempatkan sistem ekonomi terpusat pada militer dan central buereau alias partai komunis. Tidak ada lagi kebebasan individu. Bukankah ini bertentangan dengan kehendak zaman.

Pertanyaan lain, mengapa isu ini baru muncul pada 2015 setelah lama tak muncul?

Pertanyaan-pertanyaan di atas mesti dijawab dengan pengetahuan plus kepala dingin, bukan dengan data berbasis berita tak jelas apalagi hoaks yang menyebar ke ruang-ruang emosi pribadi!

Saya Aiman Witjaksono...

Salam.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com