Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Megawati Saat Bendera Pusaka Dibelah Dua...

Kompas.com - 29/08/2020, 19:30 WIB
Ihsanuddin,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi kebangsaan di pembukaan studi doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia. Dalam orasinya, Ketua Umum PDI-P itu menyampaikan pesan sejarah tentang bendera pusaka merah putih yang dibelah dua.

Megawati bercerita saat pemerintah Indonesia ingin direbut kembali oleh Belanda setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada Januari 1946, ketika Ibu Kota dipindahkan ke Yogyakarta.

"Setelah proklamasi, Belanda berupaya untuk masuk kembali bersama dengan sekutu. Maka oleh Bung Karno dan Bung Hatta pemerintahan dipindah ke Yogyakarta," kata Megawati yang menyampaikan orasinya secara virtual, Sabtu (29/8/2020), dikutip dari siaran pers resmi PDI-P.

Baca juga: Megawati: Kok Bisa-bisanya Minta Pak Jokowi Mundur...

"Ini memang bukan sebuah hal yang dibuka atau terbuka," imbuh Megawati.

Menurut Megawati, saat itu Bendera Pusaka Merah Putih sangat dijaga. Sang Merah Putih dititip kepada Husein Mutahar yang menyelamatkan bendera sampai ke Yogyakarta.

"Ini yang menceritakan adalah Ibu saya sendiri. Beliau mengatakan bahwa, 'tidak tahu bagaimana caranya Mutahar, tetapi bendera ini harus selamat sampai ke Yogya'. Ternyata itu bendera dipisah dan dibawa, alhamdulillah selamat ke Yogyakarta dan disatukan kembali," kata Megawati.

Dengan jejak sejarah itu, Megawati menegaskan penghormatan terhadap merah putih dalam setiap upacara harus dipahami generasi bangsa. Sebab kerap kali anak-anak muda saat ini, tidak serius dalam melakukan hormat bendera.

Padahal penghormatan itu adalah sebagai penghargaan, sebuah komitmen menjaga bendera dengan sepenuh jiwa raga.

Baca juga: Cerita Megawati Dilarang Puan Keluar Rumah selama Pandemi Covid-19

"Itulah sebenarnya kalau di dalam topik yang harus saya katakan. Sebenarnya mengisi jiwa nasionalisme patriotisme kepada anak bangsa kita, bahwa bela negara adalah antara lain membela simbol-simbol kenegaraan yang ada," kata putri Soekarno itu.

Lebih lanjut, Megawati juga memberi masukan agar kurikulum di Unhan memuat suatu studi yang mengajak mahasiswa berkunjung ke daerah-daerah untuk melihat realitas kehidupan masyarakat. Sebab, masih banyak masyarakat yang tidak berpendapatan cukup.

"Banyak loh anak negeri ini yang belum punya kesempatan untuk saling berkunjung. Tetapi Lemhanas, saya singgung sedikit, itu dibuat Bung Karno. Itu kan sebetulnya pertemuan untuk calon calon pemimpin bangsa," ujar Megawati.

Baca juga: Megawati: Pak Jokowi Berupaya Setengah Mati Agar Jangan Sampai Resesi

Dalam kesempatan itu, Megawati juga menyerahkan goodie bag, berisi syal dan 5 buku. Antara lain: Lahirnya Pancasila, Indonesia Menggugat, Membangun Dunia Kembali, Brave Lady, dan Wawasan Pancasila.Goodie bag itu berjumlah 800 buah dan diberikan kepada rektorat, dekan dan dosen serta mahasiswa.

Untuk mahasiswa Unhan, Megawati mengharap agar membaca tak memilih-milih buku bacaan, agar lahir pemahaman sejarah yang utuh. Megawati berpesan agar mahasiswa terbiasa membaca buku.

"Sebagai seorang scientis, sebagai orang terpelajar buku apapun seharusnya dibaca," ujar Megawati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com